Bogor (ANTARA News) - Pertamina menyatakan, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) akan meningkatkan ketahanan energi nasional karena bakal mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM.Pembangunan kilang baru juga harus dilakukan, setidaknya tiga unit kilang, masing-masing 300 BPHO."
"Ini dikarenakan fluktuasi harga minyak mentah, regulasi produk yang berubah, dan tuntutan akan perlindungan terhadap lingkungan yang semakin ketat," kata Vice President Refining Technology Direktorat Pengolahan Pertamina, Budi Santoso Syarif di Bogor, Jumat.
Hal ini, ia sampaikan dalam acara Refining Now and Future "Refining For Non Refiner" yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengolahan Pertamina di Sentul, Bogor.
Ia mengatakan, dengan menggunakan RDMP, pihaknya optimistis dapat menghasilkan produksi kilang sendiri dibandingkan harus impor.
Menurut Budi, proyek RDMP tersebut dapat dilakukan dengan memperbaruinya dari 800 Barel Per Hari Operasi (BPHO) menjadi 1.600 BPHO.
"Pembangunan kilang baru juga harus dilakukan, setidaknya tiga unit kilang, masing-masing 300 BPHO," kata Budi.
Seperti diketahui, RDMP diproyeksikan akan mendongkrak kapasitas pengolahan minyak mentah dari posisi saat ini sekitar 820.000 barel per hari (bph) menjadi 1,68 juta bph atau dua kali lipat. Fleksibilitas kilang juga meningkat yang ditunjukkan dengan kemampuannya untuk mengolah minyak mentah dengan tingkat kandungan sulfur setara 2 persen, dimana saat ini kandungan sulfur pada minyak mentah yang dapat ditoleransi hanya 0,2 persen.
Dengan kompleksitas tinggi, produksi bahan bakar yang dihasilkan akan naik sekitar 2,5 kali lipat dari 620.000 bph saat ini menjadi 1,52 juta bph dengan produk utama gasoline dan diesel. Produk-produk tersebut akan memiliki kualitas tinggi yang memenuhi terhadap standar Euro IV.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015