Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal menujukkan, diet yang dimaksud ialah mengonsumsi biji-bijian, lemak tak jenuh ganda dan kacang-kacangan, mengurangi konsumsi daging merah dan olahan, serta minuman manis.
Untuk sampai pada kesimpulan itu, para peneliti yang di Prancis dan Amerika Serikat menganalisa data studi sejak 1984 hingga 2000, yang melibatkan 120 ribu orang di Amerika Serikat.
Dalam penelitian itu, partisipan diminta menyelesaikan kuesioner tentang asupan diet mereka. Asupan diet ini kemudian dicocokkan dengan ukuran kualitas diet berdasarkan pengetahuan ilmiah (AHEI 2010).
AHEI 2010 ini memuat 11 komponen diet sehat yakni, asupan konsumsi sayuran, biji-bijian, lemak tak jenuh ganda, kacang-kacangan, lemak omega-3, asupan rendah daging merah dan olahan, dan minuman dengan pemanis buatan.
Selama penelitian, diketahui 723 kasus POPK baru terjadi pada perempuan dan 167 kasus pada laki-laki.
Para peneliti menemukan, para partisipan yang menerapkan ke-11 komponen dalam AHEI 2010, satu per tiga lebih rendah berisiko menderita POPK, dibandingkan mereka yang tidak.
Tingkat risiko pada mantan perokok dan perokok baik perempuan dan laki-laki sama.
Hasil ini didapat setelah para peneliti memasukkan 12 faktor lain seperti aktivitas fisik, indeks massa tubuh, perilaku merokok dan etnisitas.
"Ini merupakan temuan yang mendukung pentingnya diet terhadap POPK. Meskipun usaha mencegah POPK harusnya fokus pada berhenti merokok, temuan ini mendukung pentingnya diet sehat untuk mencegan POPK," kata penulis studi seperti dilansir laman eurekalert.org.
"Penelitian kami mendorong para ahli kesehatan mempertimbangkan peran potensial mengembangkan efek makanan dalam diet sehat untuk kesehatan paru-paru," tambah dia.
POPK merupakan penyakit paru-paru konis seperti bronkitis, emfisema yang ditandai dengan terhambatnya aliran udara di saluran pernafasan dan oksigen yang sifatnya progresif nonreversibel.
Penyakit ini diklaim sebagai penyebab ketiga kematian orang-orang di seluruh dunia.
Ahli kesehatan mengungkapkan, faktor risiko utama seseorang menderita POPK ialah perilaku merokok.
Namun, bukan berarti mereka yang tidak merokok terbebas dari penyakit ini. Fakta menunjukkan, satu per tiga pasien POPK tak pernah merokok.
Penerjemah:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015