"Sangat berisiko jika orang tua menargetkan sesuatu tetapi anak tidak mampu. Lebih baik, orang tua realistis dan punya rencana a, b, atau c," ujar psikolog anak dan keluarga, Sani B. Hermawan, Psi, kepada ANTARA News, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani itu mengungkapkan, target yang tanpa mempertimbangkan kemampuan anak akan membuat anak merasa ditekan, tidak berguna dan tidak berharga.
"Anak bisa stres, kabur atau justru memusuhi orang tua," kata Sani.
Dia mengatakan, dalam kasus ini, orang tua perlu melakukan evaluasi berkala untuk mengukur perkembangan akademis anak.
"Makanya di sekolah juga bagus kalau ada tugas-tugas, ujian, pekerjaan rumah, sehingga kita tahu nilai akademis mereka," kata dia.
"Lalu, jika anak memang akademisnya belum berubah, jangan dimarahi, dihina, diejek, dilabeli tidak mampu. Tetapi carikanlah solusinya. Apakah memang dia tidak mengerti, apakah tidak teliti atau kemampuanya di satu pelajaran tertentu memang kurang," tambah dia.
Di samping itu, orang tua juga perlu memberi pemahaman pada anak mengenai target yang diberikan orang tuanya sehingga semangata anak terpacudan tak merasa terpaksa mencapai target dari orang tuanya itu, tutup Sani.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015