Arosuka, Sumbar (ANTARA News) - Penduduk Nagari Garabak Data di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, sudah hampir dua tahun tidak mendapatkan pelayanan dari bidan.Sejak bidan yang bertugas di nagari kami pindah ke daerah lain, sampai saat ini belum ada penggantinya,"
"Sejak bidan yang bertugas di nagari kami pindah ke daerah lain, sampai saat ini belum ada penggantinya," kata Wali Nagari Garabak Data, Pardinal S.Pd, Jumat.
Bidan yang bertugas selama ini di nagari terpencil tersebut bidan bantuan dari Kementerian Daerah Tertinggal yang dikoorinasikan oleh Dinas Kesehatan Pemkab Solok.
Akibat ketiadaan bidan bantuan, kata dia, kini jika ada penduduk sakit terpaksa dibawa ke dukun kampung. Mirisnya lagi, ujar dia, ibu yang hendak melahirkan dilayani dukun beranak yang sudah tua.
"Ini pernah beberapa kali terjadi. Ada seorang ibu yang terpaksa melahirkan di tengah hutan," katadia.
Seorang warganya yang bernama Putri Wahyuni, misalnya melahirkan di tengah hutan dengan bantuan seorang dukun beranak.
Putri Wahyuni sendiri, kata dia, digotong dengan tandu oleh suami dan sanak keluarganya sejauh sejauh 15 kilo meter menelusuri jalan setapak dari rumahnya.
Keluarga hendak membawanya ke salah satu rumah bersalin di Kota Solok. Namun dalam perjalanan sudah keburu melahirkan. Untungnya ujar dia, proses persalinanya dibantu dukun beranak yang masih ada di Nagari Garabak Data.
Selain Putri Wahyuni kata Pardinal, baru-baru ini juga ada warga bernama Nurhayati yang hendak melahirkan terpaksa digotong dengan tandu ke rumah bersalin di Kota Solok.
"Syukur Nurhayati bisa melahirkan dengan selamat walau melalui proses operasi di salah satu klinik bersalin di Kota Solok" kata dia.
Wali Nagari yang masih berusia muda itu mengatakan, Garabak Data merupakan nagari miskin dengan letak terisolir jauh dari hingar bingar kota.
Karena akses jalan masih sangat minim, terpaksa penduduk Garabak Data mengangkut hasil panen ladang dan perkebunan mereka seperti coklat, kulit manis dan lainnya, menggunakan kuda sebagai satu-satunya sarana transportasi di wilayah itu.
Bila penduduk Nagari Garabak Data ingin pergi mengurus administrasi kependudukannya atau keperluan lainnya ke ibu kota Kabupaten Solok di Arosuka dengan ojek, harus membayar Rp150 ribu sekali jalan, dan Rp300 ribu pergi dan pulang. Garabak Data ke Arosuka, berjarak sekitar 80 kilometer dengan menempuh jalan tanah melalui hutan dan perbukitan.
"Hal lain, sudah 69 tahun Indonesia, penduduk nagari Garabak Data masih belum menikmati listrik PLN. Tak salah kiranya dikatakan penduduk nagari ini merasa masih belum merdeka," katanya.
Selain sangat minim sarana jalan, di Nagari Garabak Data yang cuma memiliki 2 SD dan 1 SMP itu, masyarakatnya sangat mendambakan berdirinya menara telepon seluler agar penduduk yang sudah berupaya membeli telepon genggam sebagai alat komunikasi ke daerah luar, bisa mendapatkan sinyal.
Karena selama ini jelasnya, kendati penduduk sudah membeli telepon genggam, tapi karena ketiadaan sinyal, telepon tersebut tidak bisa berfungsi.
"Untuk bisa mendapatkan sinyal, penduduk harus mencari daerah ketinggian di perbukitan, barulah bisa berkomunikasi, itupun dengan sinyal yang lemah," jelasnya.
Terkait kondisi di Nagari Garabak Data Kecamatan Tigo Lurah tersebut, dia meminta Pemkab Solok dan DPRD setempat, serius mempedulikan nasib tiga ribuan penduduk Nagari Garanak Data tersebut.
"Bangunlah jalan, masukan jaringan listrik PLN dan tower telekomunikasi ke Nagari Garabak Data, agar anak-anak daerah terpencil itu tidak selamanya belajar pada malam hari memakai lampu togok atau petromaks," ujar dia.
Terpisah, Ketua DPRD Kabupaten Solok Harinalis Kobal mengatakan, segera memanggil Kepala Dinas Kesehatan setempat dan Kepala Dinas Pendidikan, untuk segera menempatkan tenaga para medis dan tenaga guru ke daerah terisolir itu.
"DPRD segera membahas masalah itu dengan SKPD terkait, agar segera dicarikan solusinya secepat mungkin, termasuk pengalokasian APBD untuk pembangunan sarana akses jalan ke Nagari Garabak Data dan nagari-nagari terpencil lainnya terutama yang berada dalam wilayah Kecamatan Tigo Lurah," katanya.
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015