Pedagang jamin pakaian bekas tak berbakteri

9 Februari 2015 01:32 WIB
Pedagang jamin pakaian bekas tak berbakteri
ilustrasi--Petugas Disperindag Makassar melakukan pemeriksaan pakaian impor bekas di Pasar Toddopuli Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (5/2). Sidak pakaian impor bekas tersebut dilakukan untuk menghidari penularan penyakit melalui pakaian bekas tersebut. (ANTARA FOTO/Yusran Uccang) ()
Nunukan (ANTARA News) - Pedagang menjamin pakaian bekas impor yang dijual di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), tidak mengandung bakteri dan jamur berbahaya sebagaimana yang ditemukan pada sejumlah daerah di Indonesia.

Seorang pedagang pakaian bekas impor di Kabupaten Nunukan, Aras, Sabtu mengatakan, sejak pakaian bekas ini mulai diminati masyarakat setempat sejak tahun 90-an belum pernah mendapatkan laporan adanya pelanggan yang mengeluh sakit akibat mengenakan pakaian bekas tersebut.

Ia menegaskan, adanya temuan bakteri dan jamur berbahaya yang mematikan pada opakaian bekas impor tidak mempengaruhi minat masyarakat di daerah itu untuk membeli pakaian bekas tersebut.

"Memang sering diberitakan di televisi soal bakteri dan jamur yang ditemukan di pakaian bekas impor. Tapi saya lihat tidak mempengaruhi minat masyarakat untuk membeli pakaian bekas impor," ujar Aras.

Ia mengaku, tidak tertutup kemungkinan pakaian bekas yang diimpor melalui Malaysia itu yang diperjualbelikan di Kabupaten Nunukan diantaranya ada yang mengandung bakteri dan jamur seperti yang ditemukan itu.

Hanya saja, kata Aras, selama ini belum pernah mendapatkan atau mendengarkan adanya "pencinta" pakaian bekas impor yang mengeluhkan berdampak pada kesehatannya.

Menurut dia, ada kiat yang perlu dilakukan bagi masyarakat yang mencintai pakaian bekas impor yakni sebelum dipakai terlebih dahulu dicuci atau direndam dengan air panas agar kuman-kuman yang bakal melekat dapat dimatikan.

"Selama ini belum pernah mendapatkan laporan atau mendengar informasi adanya masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan akibat sering mengenakan pakaian bekas impor," jelas dia disela-sela melayani pembeli di pusat grosir pakaian bekas di Pasar Baru Kabupaten Nunukan.

Sama halnya dengan H.Ramli, pedagang pakaian bekas lainnya di pusat grosir pakaian bekas impor atau lebih dikenal masyarakat setempat sebagai pakaian cakar (cap karung).

Pedagang yang satu ini mengungkapkan, masalah adanya dugaan pakaian bekas impor yang banyak diperjualbelikan di daerah itu belum berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.

Ia mengatakan, selama ini masih mampu meraup hasil pejualan hingga Rp1 juta per hari dengan berjualan jaket levis dan celana panjang training bekas impor.

H Ramli menduga, bakteri dan jamur yang ditemukan itu pada pakaian wanita seperti celana dalam dan BH yang memang sangat meragukan karena dipastikan pengguna pertama di luar negeri pernah mengenakannya berkeringat.

Adanya kecurigaan bakteri dan jamur itu berkembang saat dalam karung, kedua pedagang ini mengatakan, kecil kemungkinan terjadi karena telah disemprot dengan bahan pengawet sebelum dikarungkan.

Pewarta: M Rusman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015