Tubuh pendek rugikan masa depan anak

9 Februari 2015 18:38 WIB
Tubuh pendek rugikan masa depan anak
Penyuluhan Gizi di Nias. Sejumlah ibu membawa bayi mereka, ketika mengikuti penyuluhan kesehatan dalam rangkaian "Tango Peduli Gizi" di Desa Banua Gea, Kabupaten Nias Utara, Sumut, Selasa (14/5). Diharapkan melalui penyuluhan tersebut, para orang tua mengerti tentang pentingnya kesehatan bagi pertumbuhan anak. (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)
Jakarta (ANTARA News) - Kekurangan gizi yang terjadi sejak usia dini menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada anak hingga masa dewasanya, salah satunya menyebabkan postur tubuh anak pendek atau stunting.

"Stunting terjadi saat anak mengalami kekurangan gizi kronis. Apalagi kalau terjadi sejak anak usia dini, bisa mempengaruhi otak, liver dan jantungnya," ujar salah satu penulis Global Nutrition Report (GNR) 2015, Profesor Endang L. Achadi dalam acara "Diseminasi GNR" di Jakarta, Senin.

Lebih lanjut Endang mengungkapkan, kekurangan gizi juga bisa membuat kemampuan kognitif anak juga berkurang sehingga menghambat perkembangan kognitif anak.

"Ini berhubungan dengan kecerdasannya nanti, sehingga bisa membuatnya tidak kompetitif," kata dia.

Hal senada disampaikan Direktur Jenderal Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan, dr. Anung Sugihantono.  Menurut dia, di samping masalah kecerdasan, kekurangan gizi sejak anak usia dini juga bisa memicu munculnya penyakit tidak menular seperti diabetes tipe dua, penyakit jantung dan stroke.

Untuk mencegah terjadinya stunting, maka para ibu hamil diharapkan untuk memastikan kebutuhan zat gizinya tercukupi.

Kemudian, mereka pun diharapkan dapat memberikan ASI  (Air Susu Ibu) ekslusif pada bayi mereka hingga usia enam ulan dan makanan pendamping ASI setelah usia bayi enam bulan dengan takaran yang cukup.

Terakhir, para ibu pun harus memantau pertumbuhan anak (balita) mereka di posyandu, untuk mendeteksi dini terjadinya kemungkinan gangguan pertumbuhan.  

Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat, prevalensi angka gizi buruk berada pada 19,6 persen pada 2013, naik dari yang semula 17,9 persen pada 2010 lalu.

Sementara itu, mengenai stunting, data Riskesdas (2013) nasional mencapai 37,2 persen. Angka ini meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%).  Hal ini berarti, pertumbuhan tak maksimal diderita oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia.

Angka ini menempatkan posisi Indonesia lebih tinggi untuk kasus stunting daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35 persen), Vietnam (23 persen), dan Thailand (16 persen).

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Masalah ini terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015