• Beranda
  • Berita
  • Dinkes Pekalongan mutasi genetik DBD lebih berbahaya

Dinkes Pekalongan mutasi genetik DBD lebih berbahaya

12 Februari 2015 19:57 WIB
Dinkes Pekalongan mutasi genetik DBD lebih berbahaya
ilustrasi--Sejumlah siswa membersihkan ruangan belajar di SDN Kaligangsa 01 Tegal, Jateng, Kamis (12/2). Kegiatan bersih - bersih lingkungan sekolah tersebut sebagai antisipasi penyebaran nyamuk penyebab penyakit demam berdarah yang saat ini menjangkiti kawasan tersebut. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Pekalongan (ANTARA News) - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Sutanto Setiabudi mengatakan gejala demam berdarah dengue sekarang ini lebih berbahaya karena adanya mutasi genetik virus penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk "aedes aegypti".

"Gejala DBD saat ini kian membahayakan karena adanya mutasi genetik virus DBD. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat lebih waspada dengan mengenali gejala dini penyakit itu agar penderita bisa segera ditangani" katanya di Pekalongan, Kamis.

Menurut dia, gejala DBD saat ini memang lebih ganas dibanding sebelumnya dengan terbukti sudah ada empat warga yang meninggal akibat penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk itu.

"Meski demikian, hal itu belum bisa kami nyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) DBD karena jumlah penderita DBD masih lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya," katanya.

Ia mengatakan serangan DBD kini sudah hampir merata di seluruh wilayah di Indonesia sehingga semua pihak perlu waspada terhadap penyebaran penyakit itu.

"Serangan DBD bisa saja terjadi pada saat musim kemarau atau pun hujan karena nyamuk aedes aegypti ini juga menyukai genangan air yang bersih," katanya.

Menurut dia, pemkab sudah mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap serangan DBD dengan menggalakkan program "Jumat Bersih".

"Melalui program itu, masyarakat diharapkan menggalakkan kembali gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungannya. Kita terus memantau program ini agar bisa berjalan dengan baik," katanya.

Pewarta: Kutnadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015