• Beranda
  • Berita
  • Konsumsi masyarakat penentu nasib produk ramah lingkungan

Konsumsi masyarakat penentu nasib produk ramah lingkungan

17 Februari 2015 17:32 WIB
Konsumsi masyarakat penentu nasib produk ramah lingkungan
Ilustrasi - Pengawasan proses pembuatan kantong plastik ramah lingkungan yang mudah lapuk kembali menjadi tanah dalam tempo 4 bulan (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Kalau dia produksi lampu hemat tetapi tidak ada yang mau beli, dia tidak akan mau produksi

 
Jakarta (ANTARA News) - Pola konsumsi masyarakat yang lebih efisien dan ramah lingkungan menentukan keberhasilan Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan atau Sustainable Consumption and Production (SCP).

Ketua Tim Sustainable Consumption and Production (SCP) Policy Support Indonesia Project yang dibiayai oleh Uni Eropa (Switch Asia Programme) Dr. Edzard Ruehe mengatakan bahwa permintaan pasar harus didorong agar mempengaruhi industri.

"Kalau masyarakat sadar dan beli produk yang ramah lingkungan maka industri pasti akan ikut, karena industri tidak mau (memproduksi) kalau tidak ada keuntungannya," kata Edzard di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan apabila masyarakat sudah menerapkan pola konsumsi yang ramah lingkungan maka secara otomatis industri akan mengikuti permintaan pasar.

Dengan demikian, maka akan tercapai konsumsi dan produksi berkelanjutan.

"Kalau dia produksi lampu hemat tetapi tidak ada yang mau beli, dia tidak akan mau produksi," ujarnya.

Pendekatan pola konsumsi yang ramah lingkungan, kata Edzard, sudah dilakukan selama tiga tahun yang diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat.

"Kami melakukan pendekatan ke masyarakat sesuai situasi di daerah masing-masing. Seperti di Surabaya, kami melakukan kegiatan di sekolah dan rumah tangga atau di Yogyakarta program dengan komunitas blogger, hemat energi, dan transportasi publik," jelasnya.

Deputi Pembinaan Sarana Teknis dan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Henri Bastaman, mengatakan SCP harus dipastikan menyentuh masyarakat.

"Harus bisa dipastikan agar masyarakat bisa tersentuh supaya lima tahun ke depan konsep SCP bisa diukur," kata Henri.

Pemerintah telah secara resmi memasukkan isu Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan (SCP) ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah/RPJM 2015--2019.

Dengan masuknya isu SCP di dalam RPJM, pemerintah telah terikat untuk mengarahkan pembangunan nasional dalam lima tahun ini dengan mengadopsi sejumlah prinsip SCP.

SCP adalah kesepakatan global yang diadopsi pada Konferensi Rio+ 20 tahun 2012.  Penerapan SCP merupakan kelanjutan dari kesepakatan Deklarasi Rio pada 1992 terkait dengan pengubahan pola konsumsi dan produksi.

Penerapan SCP diharapkan dapat mendorong peningkatan kapasitas, teknologi serta akses dalam memproduksi dan memperoleh berbagai barang dan jasa yang ramah lingkungan.

Dengan demikian, berbagai inovasi dan investasi baru dalam kegiatan produksi dan konsumsi yang ramah lingkungan, akan mendapat dukungan kuat dari segenap pemangku kepentingan, baik di tingkat nasional maupun global.


Pewarta: Monalisa
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015