"Secara total, pada tahun 2015 mahasiswa Filipina yang belajar di Indonesia ada 16 orang. Dengan 11 orang di Unusa maka lima lainnya menempuh Program S2 dan S3 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)," kata Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Ananto Kusuma Seta pada Penerimaan Mahasiswa Baru asal Filipina di Surabaya, Kamis.
Ia mengungkapkan, 16 mahasiswa itu mendapatkan beasiswa unggulan untuk studi selama empat hingga lima tahun ke depan. Dengan demikian, semua biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari akan ditanggung Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Mulai tahun 2016, program beasiswa ini akan kami beri nama Sahabat Indonesia atau Friends of Indonesia. Pada waktu dekat, melalui program yang sama tidak hanya Filipina yang mendapat kesempatan tetapi ada pula mahasiswa dari Thailand Selatan dan Myanmar," ujarnya.
Pada kesempatan sama, Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (RSI), Mohammad Nuh, mengemukakan, hal itu untuk pertama kalinya beasiswa unggulan ini diberikan pada mahasiswa S1. Apalagi, pada periode sebelumnya hanya untuk Program Master dan Doktor.
"Aspek terpenting dari kedatangan mahasiswa Mindanao ini adalah menjadikan mereka agen memperkenalkan Indonesia yang memiliki keberagaman agama, budaya, ras dan bahasa. Walau Islam menjadi agama terbesar di Indonesia tetapi masyarakat bisa hidup berdampingan dan damai dengan agama lain," katanya.
Selain itu, kata dia, mereka tidak akan diajarkan teori atau ceramah melainkan media edukasi. Dengan begitu, ke depan mereka akan menyampaikan kepada sesama muslim yang ada di negaranya tentang Islam itu sebenanya.
"Selama belajar di Unusa, mereka yang putra akan tinggal di sebuah Pondok Pesantren di belakang kampus B Jemursari. Sementara untuk putri di pondok pesantren putri Muslimat di Jalan Ahmat Yani," katanya.
Sementara itu, Atase Pendidikan Filipina Aisyah Endah Palupi mengemukakan, pada momentum itu pihaknya menitipkan 16 mahasiswa mereka kepada Unusa dan UMM. Khususnya untuk mengenal Islam secara utuh dan menyeluruh.
"Mereka adalah mahasiswa yang pandai. Apalagi diterima setelah melalui seleksi sangat ketat, dari 25 pendaftar hanya 16 orang yang dinyatakan laik belajar di Indonesia," katanya.
Di tempat sama, masing-masing mahasiswa S1, S2 dan S3 itu tampak kagum ketika menyaksikan mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) memainkan hadrah dan melantunkan beberapa lagu Islami maupun berbahasa Jawa. Bahkan, mereka langsung menggunakan perangkat IT-nya untuk mengabadikan momentum yang baru pertama kali dilihatnya.
Salah satu mahasiswa Mindanao University, Shujeva B Abdul, mengatakan, bangga bisa melihat pertunjukan hadrah tersebut dan akan menjadikannya pengalaman tersendiri. Pada masa mendatang, selama belajar di Unusa pihaknya tidak akan melewatkan waktunya untuk mencoba belajar rebana.*
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015