"Beberapa wilayah di Indonesia telah melewati puncak musim hujan. Umumnya setelah periode ini kondisi atmosfer sangat dinamis, di mana perubahan cuaca akan cenderung menjadi lebih cepat," kata Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab di Jakarta, Kamis.
Bersamaan dengan kondisi tersebut, keberadaan awan-awan Cumulonimbus (CB) masih sangat potensial dan biasanya akan muncul pada siang hingga menjelang malam hari.
Beberapa hari terakhir ini terjadi fenomena puting beliung dan hujan es di beberapa tempat di Indonesia, seperti di Klaten, Yogyakarta, Depok, dan Bandung.
Dari sisi dinamika atmosfer fenomena seperti ini memang mungkin terjadi, terutama ketika ada perbedaan suhu yang mencolok pada pagi dan siang hari.
Salah satu penyebab terjadinya angin puting beliung adalah ada awan CB, di mana angin ini memiliki pola yang hampir mirip dengan Tornado namun dalam skala kecil.
Fachri mengatakan, fenomena puting beliung dan hujan es ini masih berpotensi terjadi terutama pada peralihan musim dari musim hujan ke kemarau.
Untuk itu BMKG mengimbau masyarakat agar berhati-hati terhadap kemungkinan terjadi puting beliung dan hujan es yang disebabkan oleh awan CB ini.
Secara kasat mata awan ini dapat dikenali dengan bentuknya yang khas, yaitu berwarna gelap dan nampak besar seperti bunga kol.
Langkah antisipasi yang dapat dilakukan antara lain dengan merapihkan pohon-pohon yang tinggi serta rapuh, atap-atap rumah yang mudah terhempas dan berlindung ketika terjadi angin puting beliung.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015