Ambon "demam" batu bacan

28 Februari 2015 13:01 WIB
Ambon "demam" batu bacan
Ilustrasi - Batu akik (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)

Ambon (ANTARA News) - Penjualan batu bacan di Kota Ambon, Provinsi Maluku, belakangan ini yang dilakukan pedagang musiman mulai marak sebab menarik perhatian masyarakat.

Maraknya kegiatan transaksi batu yang satu ini terlihat dari aksi pedagang musiman yang menempati lorong Pala di kawasan Pusat Kota Ambon kiri dan kanan jalan tersebut.

Pantauan yang dilakukan di kawasan itu, Sabtu, terlihat banyak pembeli yang tertarik untuk membeli batu yang belum dioleh menjadi batu hiasan cincin atau bentuk lainnya, sebab hanya dengan Rp100.000/buah (ukuran 4cm x cm4) sudah bisa membelinya.

"Kalau ukuran ini, abang potong dengan baik maka bisa menghasilkan enam buah batu cincin, banyak orang membeli yang masih bentuk batu sebab di Ambon sudah ada tukang potong sekaligus mengosoknya menjadi berbagai macan ukuran cincin tergantung selera," kata Rahman, pedagang yang menempati lorong pala tersebut.

Peminat membeli batu ukuran 4cmx 4cm tidak rugi sebab bisa menghasilkan enam batu cincin. Harga sekali potong Rp50.000, kalau dijadikan enam maka 6 x Rp50.000 = Rp300.000 , kemudian harga gosokan Rp50.000 x 6 =R300.000, dengan demikian dengan biaya Rp700.000 sudah bisa memiliki enam batu cincin.

"Daripada membeli batu cincin yang sudah jadi dengan harga bermacam-macam tergantung ukuran dan corak mulai dari Rp500.000 hingga Rp10 juta/buah," katanya.

Saya sudah berjualan sejak dua bulan yang lalu dan meraup keuntungan yang cukup menggembirakan, lanjutnya, dalam sehari batu yang terjual baik masih bentuk batu maupun hiasan bisa mencapai Rp3 juta hingga Rp4 juta.

Rahman menjelaskan, kurang lebih ada 10 macam batu bacan ini sebab semua kampung di Pulau Bacan ada memiliki batu tersebut, kemudian ada juga yang berasal dari Pulau Obi dan Loloda.

"Bahkan batu bacan asal Desa Doko dan Palemea selama ini dinilai sangat mujarab sebab bisa menyembuhkan beberapa jenis penyakit di antaranya darah tinggi dan asam urat," ujar dia.


Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015