"Asal fokus, kerja keras, kerja pintar, kita bisa menjadi yang kita inginkan," kata pengusaha yang bergerak di bidang trasnportasi tersebut pada acara pemaparan survey #ListenLearnLead dari Accenture Indonesia, Jumat (6/3).
Menurut Lorena, konstruksi masyarakat ada kalanya membuat perempuan tidak dapat meraih jenjang yang ia inginkan.
Lingkungan berpengaruh terhadap kemajuan perempuan, misalnya pengaruh dalam cara berpikir dan berbicara.
Tetapi, lanjut Eka, yang paling berpengaruh adalah diri sendiri, akan sulit maju jika menyalahkan lingkungan.
"Kalau dia pendengar yang baik, mau belajar, percaya diri, fokus, gigih, saya rasa dia bisa atasi lingkungan yang tidak mendukung," kata CEO PT Eka Sari Lorena ini.
Ketika menjalankan pekerjaannya, perempuan harus memiliki hasrat atas apa yang dikerjakannya.
"Bagaimana menciptakan perbedaan, memberi nilai tambah atas keberadaan kita," kata dia.
Ketika bisa membuktikan dapat bekerja dengan baik, tidak ada lagi yang akan mempermasalahkan gender.
"Nggak ada lagi yang nanya 'kamu perempuan atau laki-laki', tapi, 'kamu bisa atau tidak'." Sebagai perempuan, lanjut Eka, dia bisa membawa aspek kuat yang ada pada dirinya untuk dibawa ke tempat kerja.
Ia bercerita ada kalanya ia merasa emosi yang disebabkan oleh pekerjaannya. Ia berusaha menganalisa kapan dan apa yang menyebabkan dirinya merasa marah serta mencari cara yang mudah dilakukan untuk meredam emosi.
"Biasanya saya kalau mau marah, berhitung sampai 20. Biasanya hitungan ke-12 sudah mulai reda,"katanya.
Satu hal lagi, yang biasanya dilakukan adalah tetap tersenyum saat mendapat tekanan. Menurut dia, dengan tetap tersenyum membantunya merasa sedikit rileks.
"Dikritik, saya tetap senyum walaupun dalam hati sebal," katanya dan tertawa.
Survey #ListenLearnLead yang dilakukan Accenture terhadap 3.600 profesional di 30 negara menunjukkan menjadi pemimpin di era teknologi menjadi semakin menantang.
Sebanyak 58 persen responden menyatakan teknologi memungkinkan pemimpin untuk berkomunikasi secara fleksibel dengan kecepatan tinggi.
"Memimpin sekarang ini bisa di beberapa ruangan atau bahkan negara. Dulu, rapat bertemu. Sekarang bisa pakai Skype, Whats App," kata Neneng Goenadi, Country Managing Director Accenture Indonesia.
Eka menambahkan untuk itu, seorang pemimpin harus belajar untuk menggunakan teknologi yang ada. Paling tidak, hal-hal dasar seperti membuat presentasi sendiri.
"Tapi, kembali lagi ke diri kita. Mau atau tidak?" katanya.
Selain teknologi, berdasarkan survey tersebut, keterampilan lain yang perlu dimiliki adalah komunikasi yang efektif, kemampuan untuk mengatasi perubahan, dan kemampuan untuk menginspirasi pekerja lainnya.
Oleh N012
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015