Pesan Mike Marjinal dalam lagu "Banjir Lagi"

11 Maret 2015 07:43 WIB
Pesan Mike Marjinal dalam lagu "Banjir Lagi"
(Ki-ka) Mike dari band punk Marjinal, penyanyi jazz Margie Segers, Staf Pengembangan Kreativitas WALHI Ferdinand Rachim, Gideon Momongan dan penyanyi jazz Bonita usai konferensi pers tentang album Jazz Hijau WALHI di Jakarta, Selasa (10/3). (ANTARA News/Nanien Yuniar)

Kita harus berbuat sesuatu dan bergerak...

Jakarta (ANTARA News) - Lewat lagu "Banjir Lagi", Mike dari band punk Marjinal berpesan agar masyarakat Indonesia tidak pasrah dengan bencana lingkungan yang terjadi berulang-ulang. 


Pria bernama lengkap Mikail Israfil itu menuturkan, bencana seperti banjir atau asap dari kebakaran hutan telah terjadi berkali-kali membuat sebagian masyarakat terbiasa dan menjadi maklum.


"Berbagai bencana yang berulang ironisnya dianggap jadi musim, bukan kebobrokan struktural yang harus dipertanyakan," kata pria bertato itu di Jakarta, Selasa malam (10/3).


"Mereka hanya menerima saja. Kita harus berbuat sesuatu dan bergerak," katanya tentang lagu "Banjir Lagi" dalam album kompilasi "Pulihkan Indonesia" dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). 


Mengkampanyekan kesadaran menjaga lingkungan hidup melalui musik merupakan alternatif untuk menggerakkan hati masyarakat, tambah Mike.


Saat cara konvensional yang sudah dilakukan berulang kali hanya membuahkan hasil yang itu-itu saja, maka cara baru patut dicoba menurut Mike, yang menyebut strategi pendekatan lewat musik cocok untuk masyarakat Indonesia.


"Masyarakat Indonesia itu suka musik dan nonton film. Jadi aspirasi teman-teman akan lebih menarik bila disampaikan lewat musik," katanya.


WALHI telah memproduksi album kedua yang mengusung genre jazz. Album Jazz Hijau bertema "Masih Ada Cinta Untuk Lingkungan" berisi 12 lagu yang melibatkan Bintang Indrianto sebagai music director


Para musisi yang berpartisipasi meliputi Denny Chasmala, Iqbal, Oele Pattiselanno, Bonita and the Hus Band, Margie Segers, Iwa K, serta penyanyi jazz Belanda Heleen Van den Hombergh.


Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015