Dinda Kanya Dewi curhat lewat puisi

15 Maret 2015 21:54 WIB
Dinda Kanya Dewi curhat lewat puisi
Artis sinetron Dinda Kanya Dewi (kanan) dan pemain film Asha Shara (kiri) saat berbicara perihal korupsi dalam dialog interaktif pendidikan sehari Anti Korupsi yang bertajuk " Peran Remaja Dalam Membentuk Integritas Melalui Pendidikan Anti Korupsi" di Universitas Paramadina, Jakarta. (ANTARA/Teresia May)
Jakarta (ANTARA News) - Membacakan puisi karyanya sendiri dalam festival puisi, aktris Dinda Kanya Dewi mengaku senang menulis dan sering menuangkan curahan hatinya dalam karya puisinya.

"Aku memang suka nulis sebenernya, kadang-kadang kalau ada pemikiran, sesuatu gitu enggak cuma kita curhat ke diary aja, tapi suka nulis-nulis puisi gitu," kata Dinda kepada ANTARA News usai membacakan puisi dalam pembukaan ALF 2015 di Taman Menteng, Jakarta, Minggu.

Menurut Dinda sebuah puisi memang harus dibacakan dan disampaikan di depan orang agar pemikiran dan pesan-pesan yang disampaikan ingin dapat tersalurkan.

Meski telah menulis banyak puisi aktris yang mengidolakan sastrawan Pramoedya Ananta Toer ini masih belum berani menjadikannya sebuah buku.

"Enggak dihitung, ada banyak sih, ada beberapa yang kayak picisan banget gitu, ada yang 'oh ini cukup powerful'," ujar Dinda.

"Aku suka takut kadang-kadang karyaku tidak berdampak kepada orang lain, kalau aku membuat karya harus ada pertanggung jawaban karyanya," tambah dia.

Sebagai penikmat sastra dan juga pembaca puisi Dinda merasa senang dengan semakin banyaknya penulis-penulis baru yang mulai bermunculan.

"Aku senang makin banyak bermunculan penulis-penulis baru dan banyak sekali penerbit-penerbit independen yang sudah mulai bermunculan ada di mana-mana, jadi enggak cuma didominasi sama penerbit-penerbit yang gede-gede aja," kata dia.

Dinda sendiri saat ini mengaku tengah fokus bermain teater dan sama sekali tidak menutup diri untuk mengikuti pembacaan puisi lebih sering lagi.

"Suatu saat sapa tau bisa pentas dalam satu teater membacakan karya dari sastrawan-sastrawan Indonesia," pungkasnya.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015