Jakarta (ANTARA News) - Selada, salah satu jenis sayuran dalam menu makanan Mediterania, sangat bermanfaat bagi kesehatan, utamanya karena kaya antioksidan, namun tidak semua varietas tanaman itu memiliki efek antioksidan yang sama.
Situs sciencedaily.com melansir, berdasarkan penelitian yang dipimpin Usue Pérez-López dari Departemen Tanaman Biologi dan Ekologi Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Sains UPV/EHU, warna daun dari tanaman tersebut menentukan kecepatan senyawanya bertindak.
Situs sciencedaily.com melansir, berdasarkan penelitian yang dipimpin Usue Pérez-López dari Departemen Tanaman Biologi dan Ekologi Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Sains UPV/EHU, warna daun dari tanaman tersebut menentukan kecepatan senyawanya bertindak.
Jadi, selada dengan daun berwarna hijau memiliki antioksidan yang bereaksi lebih lambat sementara selada yang berdaun merah memiliki efek antioksidan yang lebih cepat. Hasil dari kajian tersebut telah diterbitkan dalam makalah "Komposisi fenolik dan sifat antioksidan terkait dalam warna daun selada yang berbeda: sebuah kajian oleh Electron Paramagnetic Resonance (EPR) Kinetics" yang baru-baru ini diterbitkan oleh Jurnal Pertanian dan Kimia Pangan.
Antioksidan adalah zat perlindungan jangka panjang yang menangkal reaksi berantai proses radikal bebas, atau molekul yang bisa menyebabkan kerusakan sel dan menimbulkan berbagai macam penyakit. Radikal bebas membahayakan tubuh kita dengan cara penuaan, dan yang paling buruk adalah penyakit-penyakit serius.
Selada kaya antioksidan, karena mengandung senyawa seperti asam fenolik, flavonoid, anthocyanins, serta vitamin A dan C, dan lain sebagainya.
Tiga varietas
Untuk melakukan kajian, yang dimulai pada 2011, para peneliti dari UPV/EHU dan Universitas Pisa (Italia) menganalisa tiga varietas selada: selada berdaun hijau "Batavia", selada semi-merah "Marvel of Four Seasons", dan selada berdaun merah "Oak Leaf".
Dengan menggunakan teknik Resonansi Elektron Paramagnetis, mereka mampu mengamati perilaku kinetis senyawa dari masing-masing varietas. Dan hasilnya menunjukkan selada berdaun hijau mengandung senyawa antioksidan yang larut dalam air, yang bertindak pada kecepatan lambat dan menengah, daun berwarna merah memiliki senyawa kinetis menengah dan cepat, sedangkan selada berdaun semi merah memiliki tiga macam senyawa dengan kecepatan cepat, menengah dan lambat.
Seperti yang ditekankan Dr Pérez-López, "Fakta bahwa senyawa bertindak dengan kecepatan yang berbeda, bukan berarti selada warna tertentu lebih baik atau lebih buruk dari pada yang lain. jika kita mengkonsumsi makanan yang dapat memicu aktivitas radikal bebas, akan ada senyawa yang bertindak mengeliminasi mereka lebih cepat.
Namun, pada saat yang sama penting bagi tubuh kita untuk mendapat asupan makanan dengan antioksidan yang memiliki kinetis lambat sehingga nantinya bisa beraksi lebih lama. Itulah sebabnya mengapa orang mengatakan lebih baik mencampur selada dengan berbagai warna karena karakteristiknya yang berbeda dan saling melengkapi."
Namun, pada saat yang sama penting bagi tubuh kita untuk mendapat asupan makanan dengan antioksidan yang memiliki kinetis lambat sehingga nantinya bisa beraksi lebih lama. Itulah sebabnya mengapa orang mengatakan lebih baik mencampur selada dengan berbagai warna karena karakteristiknya yang berbeda dan saling melengkapi."
Setelah menentukan kinetis dari antioksidan, penelitian saat ini melanjutkan dengan tujuan menyempurnakan "nutraceutical" dari ketiga varietas selada tersebut. Grup peneliti tersebut saat ini sedang mencoba meningkatkan efek senyawa spesifik dalam tiap varietas dengan memaparkan tanaman pada tekanan pendek. Senyawa tersebut menunjukkan fungsi pertahanan pada tanaman.
Jadi jika kondisi tidak normal diaplikasikan pada tanaman (seperti menyiraminya dengan air garam atau memaparkannya pada intensitas pencahayaan tertentu atau pemaparan terhadap Karbon Dioksida tinggi), pertahanan tersebut akan meningkat dan sebagai hasilnya kualitas antioksidan tanaman akan meningkat.
Jadi jika kondisi tidak normal diaplikasikan pada tanaman (seperti menyiraminya dengan air garam atau memaparkannya pada intensitas pencahayaan tertentu atau pemaparan terhadap Karbon Dioksida tinggi), pertahanan tersebut akan meningkat dan sebagai hasilnya kualitas antioksidan tanaman akan meningkat.
"Yang penting dalam proses ini adalah tidak kehilangan produktivitas, dan itu sebabnya mengapa kita mengaplikasikan intensitas stres pendek. Tingkat stres yang berlebihan, pertumbuhan tanaman bisa terganggu, dan kita tidak tertarik dengan mencapai kualitas bagus tapi risikonya mengurangi ukuran tanaman. Tujuannya adalah menjaga produksi dan mencapai kualitas yang bagus dalam produksi ini," kata Dr Usue Pérez-López.
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015