"Kalau ada satu-dua film yang mencuat, pasti karena melawan arus," kata Eros kepada Antara News dalam acara Film and Art Celebration 2015 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu.
Dia mencontohkan stereo Dolby yang dipakai dalam filmnya Tjoet Nja' Dhien, sesuatu yang belum lazim di masa itu.
"Ini (melawan arus) yang saya nilai kurang karena yang masih berkembang adalah jiwa copy paste," ujar adik kandung aktor Slamet Rahardjo itu.
Menurut pria 64 tahun itu, perlu keberanian untuk membuat gebrakan baru. Pendobrakan arus itu dapat terjadi lebih mudah seandainya didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah.
"Tugas negara itu memberi peluang agar terobosan-terobosan dapat dibuat," imbuh pencipta soundtrack "Badai Pasti Berlalu" itu.
Sayangnya, film masih dianggap sebelah mata oleh pemerintah. Eros menilai pemerintah masih terlalu disibukkan dengan seputar permasalahan parlemen atau partai.
"Pemerintah belum paham bahwa budaya (film) itu penting, jadi pemerintah tidak jelas menanganinya," ujar dia.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015