"Saya lupa apa saja jenis kayu tersebut, ada puluhan jenis dan kayu tersebut termasuk langka karena di tempat lain sudah mulai punah," kata Zaiwan, tokoh lingkungan hidup dan penggagas pelestarian hutan Desa Namang, Minggu.
Ia menjelaskan, ke depan puluhan kayu langka tersebut akan diberi nama agar mudah dikenal bagi tamu yang berkunjung ke hutan Namang atau biasa disebut Hutan Pelawan.
"Ada sekitar 260 hektare luas Hutan Pelawan, rata-rata ditumbuhi pohon pelawan yang kembangnya dihisap lebah yang menghasilkan madu pahit dan manis," ujarnya.
Namun, kata dia, tidak hanya pohon pelawan tetapi juga berbagai jenis pohon lainnya yang saat ini sudah mulai punah karena dirambah masyarakat untuk berkebun.
"Misalnya kayu marapin, nyatoh, balun ijuk dan sejumlah kayu lainnya yang sulit ditemukan di kawasan hutan lainnya di Pulau Bangka," ujarnya.
Ia mengatakan, dengan diberi nama setiap jenis kayu maka ke depan bisa dijadikan untuk kepentingan penelitian bagi kalangan pelajar dan mahasiswa.
"Bahkan sekarang ini kegiatan murid TK dan SD sudah sering dilakukan di Hutan Pelawan, belajar mengenal nama-nama kayu dan bentuknya," ujarnya.
Menurut dia, kayu khas Pulau Bangka juga tumbuh di Hutan Pelawan di antaranya kayu nyatoh dan pelawan yang tidak ditemukan di provinsi lain.
"Banyak manfaat yang didapatkan dengan melestarikan Hutan Pelawan, disamping menjaga hutan sebagai paru-paru daerah juga seiring waktu hutan ini menjadi kawasan objek wisata alam, pendidikan dan observasi," ujarnya.
Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015