Jambi (ANTARA News) - Kehadiran Radio Komunitas Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas Kabupaten Sarolangun Jambi diharapkan mampu menjadi sarana informasi untuk kelompok-kelompok orang rimba yang bermukim di hutan.Sangat baik untuk kanti-kanti, bisa menyampaikan informasi yang lebih cepat. Baik itu tentang hutan, tentang kehidupan, tentang keluhan kelompok-kelompok orang rimba dan informasi lainnya."
Salah satu tokoh kelompok orang rimba Bukit Duabelas, Temenggung Tarip, di Sarolangun, Minggu, mengapresiasi radio orang rimba yang dibangun KKI WARSI tersebut.
Radio yang diberi nama Benor FM 88.8 ini, katanya, sangat baik untuk kanti-kanti (kawan, Red) yang ada di rimba untuk mendapatkan informasi.
"Sangat baik untuk kanti-kanti, bisa menyampaikan informasi yang lebih cepat. Baik itu tentang hutan, tentang kehidupan, tentang keluhan kelompok-kelompok orang rimba dan informasi lainnya," kata Temenggung Tarip pula.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai TNBD Sarolangun, Nukman, ketika dihubungi juga mengapresiasi radio orang rimba ini.
Menurutnya, radio ini sangat berguna untuk penyebaran informasi kepada orang rimba di hutan dengan cepat.
Direktur Benor FM chanel 88.8, Andi Agustanis, mengatakan bahwa kehadiran radio orang rimba ini salah satunya untuk menyuarakan tentang adat istiadat dan tentang keseharian orang rimba.
"Kami mencoba melalui radio ini ingin menyampaikan kepada khalayak ramai bahwa orang rimba tidak seperti apa yang masyarakat luar bayangkan. Mereka bisa bersahabat dengan kita di luar. Mereka juga mengerti tata krama, sehingga interaksi sosial dengan masyarakat dapat berjalan dengan baik," kata Andi.
Selain itu, lanjut Andi, mengingat KKI WARSI juga bergerak di bidang konservasi, juga dilakukan siaran tentang imbauan terhadap pelestarian lingkungan baik itu untuk masyarakat luar atau pun untuk orang rimba di dalam kawasan taman nasional tersebut.
Andi menjelaskan, waktu siaran radio orang rimba dari pukul 08.00-17.00 WIB, dengan penyiar memang asli orang rimba.
Radio dikembangkan mulai tahun 2011, namun baru efektif beroperasi sejak satu bulan terakhir.
"Penyiarnya semua anak-anak rimba, radio ini mulai dibangun tahun 2011, tapi karena masih banyak kendala dalam pengembangan, baru bisa eksis satu bulan ini," ujarnya lagi.
Andi menambahkan, Benor FM menerima permintaan lagu dan data pengetahuan tentang orang rimba dan hutan.
Pendengar cukup menelepon atau mengirim pesan singkat yang disediakan.
Sedangkan program andalan Benor, kata Andi, yakni kaboren esen atau info harga hasil hutan.
Salah satu orang rimba yang juga penyiar Benor FM, Beteduh, mengaku bangga bisa menjadi penyiar radio Benor.
Menurutnya, sejak jadi penyiar dirinya banyak dikenal masyarakat luar.
"Sebagai orang rimba saya bangga dan senang jadi penyiar, orang-orang banyak yang sudah tahu saya. Kemana-mana selalu diajak mampir ke rumah. Ternyata jadi penyiar itu mudah, cukup hidupkan alat ngomong terus dimatikan," kata Beteduh dengan candanya.
Menurut Beteduh, orang rimba dari dulu hanya tahu alat informasi itu adalah radio, mengingat dengan kehadiran radio orang rimba di TNBD sangat membantu dalam penyampaian informasi dari luar.
Pewarta: Dodi Saputra
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015