Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun dampak banjir bandang yang terjadi sekitar pukul 14.30 WIB hingga 16.00 WIB tersebut ditaksir menyebabkan kerugian materiil mencapai ratusan juta rupiah.
"Ini baru pertama kali terjadi setelah banjir besar yang terjadi di daerah kami sekitar 15 tahun silam," kata Suprapti, seorang ibu paruh baya di Desa Ngentrong, Kecamatan Besole yang rumahnya sempat terendam hingga ketinggian lutut orang dewasa.
Ia menuturkan, banjir yang menerjang desanya berlangsung cepat. Diawali hujan deras selama kurang lebih satu jam, air bah yang diyakini meluncur dari lereng Gunung Teras di sebelah utara dan lereng Gunung Dringgopolo di selatan langsung merendam desa wisata penghasil aneka industri kerajinan marmer tersebut.
Selain Desa Ngentrong, banjir juga melanda Desa Besole dan Besuki yang masih berada di satu kawasan antara Gunung Teras dan Dringgopolo.
"Banjir serupa terjadi di daerah (Kecamatan) Kalidawir akibat tanggul sungai jebol," informasi seorang warga Desa Tunggangri, Kecamatan Kalidawir, Sumani (50).
Kondisi paling parah dilaporkan terjadi di perkampungan nelayan di Dusun Sidem, Desa Besole yang lokasinya persis di tepi Pantai Sidem.
Besarnya debit air pada area muara sungai menyebabkan tanggul tak mampu menahan kuatnya arus sehingga meluber hingga perkampungan.
Seorang pekerja swasta asal Dusun Sidem yang memilih pulang awal karena mendapat kabar rumahnya terendam banjir mengungkapkan, sebagian warga di perkampungan nelayan itu kini memilih mengungsi di daerah ketinggian yang dirasa aman.
Sampai berita ini ditulis, debit air di muara sungai Pantai Sidem dilaporkan masih tinggi dan diperkirakan terus meningkat seiring hujan yang masih terjadi di daerah atas.
Pewarta: Destyan HS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015