• Beranda
  • Berita
  • Jepang sasar penurunan emisi 20 persen pada 2030

Jepang sasar penurunan emisi 20 persen pada 2030

9 April 2015 16:23 WIB
Jepang sasar penurunan emisi 20 persen pada 2030
Gambar GeoEye IKONOS yang menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di Jepang pada Kamis (17/3/11). Kebocoran reaktor nuklir di pembangkit listrik itu kemudian mendorong penutupan pembangkit listrik bertenaga nuklir dan meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil yang menimbulkan emisi karbon untuk pembangkit listrik. (REUTERS/GeoEye Satellite Image/Handout)
Tokyo (ANTARA News) - Jepang mempertimbangkan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sekitar 20 persen pada 2030 dalam upaya mencapai kesepakatan internasional baru guna menghadapi perubahan iklim pada pertemuan iklim global di Paris akhir tahun ini, demikian laporan media Jepang pada Kamis.

Negara itu mempertimbangkan untuk memangkas setidaknya 20 persen tingkat emisi 2005 pada 2030, lapor Kyodo News mengutip sumber yang mengetahui masalah itu pada Rabu (8/4).

Target yang masih menjadi perdebatan internal pemerintah itu dipertimbangkan menyusul perkiraan Badan Energi Internasional bahwa Jepang bisa mengurangi emisi karbon sampai 24 persen, kata sumber itu.

Pemerintah Jepang akan memutuskan target penurunan emisinya pada Juni, ketika para pemimpin negara-negara Kelompok Tujuh (Group of Seven) bertemu di Jerman.

Sementara Nikkei melaporkan bahwa pemerintah Jepang akan mengusulkan pemangkasan emisi sekitar 20 persen pada 2030 dari tingkat emisi tahun 2013 yang menyiratkan penurunan absolut yang lebih sedikit dengan menggunakan emisi tahun lebih kini sebagai dasar.

Menurut laporan Nikkei, keputusan Jepang mengganti dasar penurunan tingkat emisinya dari 2005 menjadi 2013 mencerminkan peningkatan emisi setelah peristiwa Fukushima.  Penggantian dasar penurunan emisi itu akan membuat target penurunan emisi 20 persen lebih mudah dicapai.

Target itu lebih rendah ketimbang yang diuraikan Amerika Serikat, yang menyatakan akan mengurangi emisi karbon sampai 28 persen dari tingkat emisi 2005 pada 2025 dan Uni Eropa yang mengusulkan penurunan emisi sedikitnya 40 persen dari tingkat emisi 1990 pada 2030.

Seperti dilansir kantor berita Reuters, Jepang adalah negara pembuang karbon dioksida terbesar kelima di dunia.

Negara itu menurunkan target emisi sebelumnya karena penutupan pembangkit-pembangkit listrik bertenaga nuklir setelah bencana Fukushima 2011 mendorong penggunaan batu bara dan gas untuk pembangkit listrik.

Emisi gas rumah kaca Jepang meningkat mencapai rekor baru pada tahun yang berakhir Maret 2014, naik 1,3 persen dari tingkat emisi 2005, ketika penutupan pembangkit listrik bertenaga nuklir mendorong penggunaan batu bara dan gas.

Pemerintah Jepang mempertimbangkan memangkas rasio pembangkit berbahan bakar nuklir dan pembangkit listrik dengan sumber tenaga campuran sampai 55 persen pada 2030 dari sekitar 90 persen sekarang guna menekan emisi karbon.

Upaya itu saja menurut laporan Nikkei bisa menurunkan emisi sampai sekitar 15 persen dari tingkat emisi tahun 2013.

Pertemuan Paris yang dimulai November bertujuan menyelesaikan satu kesepakatan sebagai bagian dari upaya jangka panjang untuk membatasi peningkatan temperatur rata-rata hanya dua derajat Celsius di atas rata-rata suku masa praindustri.



Penerjemah:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015