"Ada tiga pilihan diversifikasi energi, pertama harga tidak terlalu mahal, kedua harus bersih dan ketiga mudah diperoleh," kata Kalla, saat membuka Seminar Indonesia dan Diversifikasi Energi bertema "Menentukan Arah Kebijakan Energi Indonesia" di Jakarta pada Selasa.
Menurut Wapres, ketika membicarakan masalah diversifikasi energi di Indonesia, maka pemerintah dalam menentukan kebijakan harus mempertimbangakan tiga hal tersebut.
Kalla mengatakan bahan bakar minyak (BBM) merupakan satu jenis energi yang termahal.
Guna memenuhi kebutuhan energi, Kalla mengatakan pemerintah memilih energi terbarukan yang dapat memenuhi standar bersih, murah dan mudah.
"Pertama, energi hydro karena itu paling bersih, harga bisa stabil, dan tidak semahal BBM atau yang lain serta tersedia 75 ribu MW di Indonesia ini. Kedua, tentu geothermal (panas bumi) karena kita tahu semua memang banyak gunung. Selama ada gunung berapi, selama ada mata air pasti ada geothermal," ujar Kalla.
Wapres menyebutkan energi angin dan tenaga surya juga berpotensi untuk dikembangkan, namun masih terdapat kekurangan yang tidak efisien.
"Angin, teknologinya kita hanya 3-4 tempat baru bisa 60 persen (beroperasi). Karena di bawah 60 persen dia tidak efisien," ujar Kalla yang menambahkan tenaga surya hanya bisa beroperasi efektif selama 10 jam, dan pada musim hujan tidak bisa beroperasi dengan harga baterai yang masih mahal.
Kendati demikian, Kalla mengatakan tenaga surya dapat menjadi energi alternatif untuk daerah terpencil dibandingkan menggunakan pembangkit listrik mesin diesel yang berbahan bakar minyak solar.
"Pemerintah semestinya tahun 2025 renewable energy (energi terbarukan) harus 25 persen nanti. Memang di sini pemerintah step by step harus jalan, harus tegas. Salah satunya adalah memberikan prioritas kalau itu geothermal, hydro, angin atau surya harus diberikan keutamaan. Jangan disamakan dengan yang lain," papar Wapres.
Sementara itu turut hadir dalam acara seminar tersebut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said serta Menteri Perindustrian Saleh Husin.
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015