"Penyebabnya kekurangan salah satu faktor pembeku darah," kata Prof. dr. Djajadiman Gatot, SpA(K) dari Divisi Hematologi-Onkologi, Departemen Kesehatan Anak, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, di Jakarta, Rabu (15/4).
Hemofilia merupakan kelainan genetik sehingga penyandang akan terus hidup dengan penyakit tersebut.
Penyakit tersebut dibawa oleh gen ibu dan hanya diturunkan kepada anak laki-lakinya.
Djajadiman menjelaskan bahwa hemofilia yang paling banyak diidap penyandangnya adalah tipe A, akibat kekurangan faktor VIII pembeku darah (ada 13 faktor pada orang biasa).
Sementara itu, Hemofilia B disebabkan oleh kekurangan faktor IX. Gejala hemofilia perlu diwaspadai bila terdapat riwayat keluarga penyandang penyakit tersebut.
Misalnya, ketika masih bayi dan belajar merangkak, lutut penyandang bengkak dan berwarna biru dalam waktu yang lama, ia menyarankan agar anak segera diperiksakan ke dokter.
Penyandang hemofilia kerap mengalami pembengkakan di sendi lutut dan siku karena kerap dipakai beraktivitas.
Bila terjadi luka, darah penyandang hemofilia akan sulit berhenti karena tidak bisa membeku sehingga segera memerlukan penangan medis.
Untuk itu, penyandang hemofilia memerlukan obat yang disuntik sebagai pencegahan maupun transfusi plasma yang diproses menjadi faktor pembeku bila pengobatan bila terjadi luka.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015