"Kalau yang saya tahu bedanya hanya di warna saja, Mas," kata Nasro, yang ditemui Antara di daerah Cawang, Jakarta Timur, Jumat.
Nasro, penduduk yang tinggal dan ber-KTP di Jakarta Timur, mengaku tidak pernah memilah jenis sampah saat membuangnya. "Kalau saya lihat kosong, ya langsung saya buang di sana," tutur dia.
Sementara Toha, seorang penduduk Jakarta yang berdagang di kawasan Juanda, Jakarta Pusat, juga tidak mengetahui pembedaan jenis sampah yang ada di tempat sampah milik Dinas Kebersihan DKI.
"Saya tidak tahu bedanya. Yang penting saya membuang sampah sesuai tempatnya," tutur Toha.
Zamzam, warga yang ditemui di kawasan Cililitan, Jakarta Timur, juga menyatakan hal sama meskipun dia mengaku tidak pernah membuang sampah sembarangan.
Berdasarkan pantauan Antara, tempat-tempat sampah yang ada di jalan-jalan Ibu Kota, seperti di daerah Juanda, sekitar Jalan M.H. Thamrin, kawasan Cawang, dan lain-lain, yang dipisahkan berdasarkan tiga jenis sampah, organik, anorganik dan bahan berbahaya dan beracun (B3), tidak terisi sampah yang seharusnya.
Tempat sampah organik, yang seharusnya tempat buangan bahan-bahan yang berasal dari manusia, hewan maupun tumbuhan, terisi plastik, kertas, kaleng, dan lain-lain. Begitu pula yang terjadi dengan anorganik, yang seharusnya terisi bahan-bahan nonhayati dan B3, yang seharusnya terisi bahan-bahan mudah meledak dan terbakar, reaktif, beracun, menyebabkan infeksi dan menyebabkan karat.
Masyarakat mengeluhkan kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai hal ini. "Seharusnya pemerintah melakukan sosialisasi, bisa melalui televisi, sekolah-sekolah, spanduk dan bisa juga dengan cara lain," ujar Nasro.
Ditemui di tempat terpisah, pengamat lingkungan Universitas Kristen Indonesia (UKI) Sahala Simatupang mengatakan pembedaan jenis sampah sebenarnya memiliki tujuan yang baik, yaitu agar pengelolaannya bisa lebih efektif dan bermanfaat untuk masyarakat.
"Kalau sampah organik bisa dijadikan pupuk, sampah anorganik untuk didaur ulang dan B3 bisa dibuang karena membahayakan lingkungan serta manusia," kata Sahala ketika ditemui di kantornya.
Pewarta: Michael Teguh Adiputra Siahaan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015