Kepedihan di balik Taj Mahal

27 April 2015 13:28 WIB
Kepedihan di balik Taj Mahal
Dua orang wisatawan sedang berjalan di sebrang belakang kompleks Taj Mahal. (Ida Nurcahyani)
Jakarta (ANTARA News) - Sastrawan peraih Nobel, Rabindranath Tagore menyebut Taj Mahal sebagai setetes air mata yang jatuh di pipi sang kala. Berdiri hening di tepi Sungai Yamuna, negara bagian Uttar Pradesh, India, bangunan pualam pucat nan agung itu memang menampakkan kemuraman di antara kabut-kabut tipis abu-abu di pagi hari.

Kepedihan itu tak terucapkan dengan gamblang, namun diam-diam menyusup pada relung hati siapa saja yang datang berkunjung ke sana.  

"Ini adalah kisah cinta yang menyedihkan antara Kaisar Mughdal, Shah Jahan dan istri ketiganya  Mumtaz Mahal yang  meninggal saat melahirkan anak yang ke-14 di Bahanpur ketika menemani Sang Raja berperang," kata salah seorang pemandu wisata Gulshan Kumar di Agra, India.

Gulshan Kumar yang sudah menjadi pemandu wisata selama 14 tahun itu menuturkan, Shah Jahan yang dulunya bernama Pangeran Khurram, langsung jatuh hati saat pertama kali melihat puteri muslim asal Persia, Arjumand Banu Begum.

Saat itu usia Pangeran Khurram 14 tahun dan Arjumand 15 tahun. Keduanya menikah lima tahun kemudian. Meski Sang Pangeran sudah menikah dengan dua istri, dia paling mencintai Arjumand karena kecantikannya yang luar biasa.

Pangeran Khurram pun menjadi raja bergelar Shah Jahan dan menganugerahi Arjumand nama Mumtaz Mahal yang berarti permata istana.
 
Pada usia ke-19 pernikahannya, Mumtaz Mahal melahirkan anak yang ke-14 dan mengalami komplikasi. 

"Mumtaz Mahal meminta suaminya berjanji, pertama membangun monumen yang didedikasikan untuk cinta mereka berdua, kedua, Mumtaz Mahal meminta Shah Jahan untuk tidak akan menikah lagi, ketiga, Shah Jahan harus menyayangi anak-anak mereka," kata Gulshan.

Merasa patah hati karena ditinggal belahan jiwanya, Shah Jahan pun memerintahkan pembangunan Taj Mahal.


Taj Mahal hitam

Awalnya, jenazah Mumtaz Mahal dibawa ke sebuah bangunan kecil di tepi Sungai Yamuna. Shah Jahan kemudian mulai membangun kompleks makam.

"Jenazah disemayamkan di bangunan sebelah kanan, lalu 22 tahun kemudian setelah Taj Mahal yang di tengah itu jadi, jenazah baru dipindah ke sana," kata  Gulshan yang ingat tamu pertamanya adalah warga negara Indonesia bernama Tuan Tan yang saat itu sudah berusia 80 tahun.

Dikisahkan Gulshan, Shah Jahan sebenarnya ingin membangun Taj Mahal dari marmer hitam untuk makam dirinya sendiri di seberang Taj Mahal marmer putih di mana jenazah isterinya disemayamkan. Kisah itu didukung dengan adanya pondasi-pondasi di lahan seberang Sungai Yamuna di belakang kompleks Taj Mahal.

Rencananya, sebuah jembatan perak akan dibangun menghubungkan kedua Taj Mahal. Sayangnya, hal itu tak terlaksana karena Shah Jahan terlanjur dikudeta putranya sendiri, Aurangzeb.

"Shah telah menghabiskan banyak uang dalam pembangunan Taj Mahal, lalu dia pun dipenjara oleh anaknya sendiri agar tak menghabiskan lebih banyak harta (kerajaan) Mughal," kata Gulshan.

Shah Jahan diasingkan dalam penjara rumah di kompleks Agra Fort, sebuah benteng besar terbuat dari terakota merah menyala, yang berjarak beberapa ratus meter dari Taj Mahal. 

"Shah Jahan pun hanya bisa memandangi Taj Mahal dari jauh dan akhirnya meninggal dunia," katanya.

Jenazah Shah Jahan dihanyutkan di sungai Yamuna dari Agra Fort ke Taj Mahal, lalu dimakamkan disamping makam istrinya, Mumtaz Mahal.

Pembuatan Taj Mahal sendiri membutuhkan waktu 22 tahun dan 20.000 pekerja untuk menyelesaikannya.

Kompleks Taj Mahal terdiri dari lima bagian; Darwaza (gerbang utama), Bageecha (taman), Masjid, Naqqar Khana (rumah peristirahatan) dan Rauza (mausoleum).

Selain keindahan arsitektur yang menggunakan batu-batuan mewah dari berbagai penjuru dunia sebagai ornamen dan kerumitan kaligrafi, Taj Mahal juga dikenal dengan struktur bangunannya yang memiliki empat sisi yang identik sempurna. 

"Taj Mahal sangat simetris. Jika diperhatikan, maka separuh bangunan akan menjadi cermin dari separuh yang lain. Empat menara juga dibangun menjorok keluar agar jika ambruk tidak mengenai struktur utama bangunan. dilihat dari sisi manapun, Taj Mahal akan terlihat sama bentuknya," kata Gulshan.

Meski para arsitek Mughal sudah mengantisipasi adanya ancaman ambruk bangunan, namun Taj Mahal kini menghadapi ancaman adanya degradasi karena Taj Mahal berdiri tepat di pinggir sungai Yamuna yang perlahan mengering.

"Sungai Yamuna dulu tidak begini, airnya melimpah sampai jauh, bahkan banjir kalau musim hujan. Tapi sekarang airnya cuma segini," kata Gulshan.

Menyusutnya permukaan air dari Sungai Yamuna dikhawatirkan bisa mempercepat laju pembusukan kayu yang menyangga struktur bangunannya. Jika keadaan itu terus berlanjut, Taj Mahal bisa ambruk akibat keroposnya penyangga.

Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Taj Mahal, diharapkan tidak berkunjung pada Hari Jumat karena tertutup bagi turis. tapi jangan khawatir, hanya dengan membayar tiket 100 Rupee maka wisatawan masih bisa menikmati indahnya Taj Mahal dari seberang sungai Yamuna, yang justru lebih sepi untuk berfoto-foto.

Gulshan mengatakan, setiap harinya wisatawan yang berkunjung ke salah satu situs keajaiban dunia itu bisa mencapai 5.000 hingga 10.000. "Di bulan Desember bisa mencapai 40.000 pengunjung."

Dengan harga tiket masuk sebesar 750 Rupee untuk turis asing atau sekitar Rp150.000.

Oleh Ida Nurcahyani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015