Demonstrasi anti kekerasan polisi meluas di AS

30 April 2015 17:06 WIB
Demonstrasi anti kekerasan polisi meluas di AS
Polisi menahan seorang pengunjuk rasa di dekat Pusat Perbelanjaan Mondawmin usai upacara pemakaman Freddie Gray di Baltimore, Amerika Serikat (REUTERS/Sait Serkan Gurbuz )
Baltimore (ANTARA News) - Unjuk rasa menentang penggunaan kekerasan berlebihan oleh polisi terjadi di sejumlah kota Amerika Serikat dari New York sampai Denver Rabu waktu setempat.

Sementara itu demonstrasi besar di Baltimore berakhir dengan damai tepat dua hari setelah kota itu dilanda hura-hara akibat kematian seorang berkulit hitam saat berada dalam tahanan polisi.

Di New York, polisi menangkap lebih dari 60 orang saat para pengunjuk rasa mulai terpecah menjadi beberapa kelompok kecil sehingga memacetkan jalan. Demonstrasi skala kecil terjadi di Boston, Houston, Ferguson, Missouri, Washington D.C., Seattle, dan juga Denver.

Di Baltimore, sekitar 3.000 tentara nasional dan polisi ditempatkan untuk membubarkan ribuan demonstran yang berkumpul di balai kota demi menegakkan jam malam pukul 22.00 waktu setempat.

Para demonstran itu menuntut jawaban atas nasib Freddie Gray (25) yang mati karena cedera tulang belakang saat ditahan polisi. Polisi sendiri berjanji akan memberikan hasil penyelidikan terkait kematian Gray kepada kejaksaan Jumat dan tidak akan membuka informasi itu kepada publik.

"Mereka tidak pernah berhenti, penjarakan polisi pembunuh," teriak para demonstran di Baltimore.

Sebelumnya Senin lalu, Baltimore dilanda huru-hara beberapa jam setelah pemakaman Gray.  19 bangunan dan puluhan mobil terbakar, sejumlah toko dijarah, dan 20 polisi terluka pada hari itu.

Gray ditangkap 12 April lalu setelah lari dari kejaran polisi di area yang dikenal sering terjadi kejahatan. Saat itu dia membawa sebilah pisau lipat. Gray meninggal dunia sepekan kemudian.

Noy Brown-Frisby, penata rambut berusia 35 tahun yang turut berdemonstrasi bersama putrinya menyebut aksinya diperuntukkan "bagi semua orang yang tewas akibat perlakuan keras dari polisi."

Namun di sisi lain, dia mengakui tingkat kejahatan yang tinggi di Baltimore yang berpenduduk 620.000 jiwa itu memang menyulitkan hubungan antara polisi dengan warga.

"Ketegangan antara kami dengan polisi terus terjadi. Tingkat kejahatan begitu tinggi sehingga saat polisi berinteraksi dengan warga yang sering terjadi kemudian adalah munculnya gejolak sosial," kata dia.

Sebagian besar penduduk Baltimore ingin mengetahui rincian kematian Gray Jumat saat polisi menyelesaikan investigasi internalnya.

Namun polisi, Rabu, mengatakan informasi tersebut hanya akan diserahkan ke kantor kejaksaan negara bagian dan tidak terbuka untuk publik.

Di sisi lain, Departemen Kehakiman Amerika Serikat menggelar penyelidikan secara terpisah untuk mengetahui apakah telah terjadi pelanggaran hak sipil dalam kasus kematian Gray, demikian Reuters.

(G005)




Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015