"Ini merupakan keikutsertaan pemenang LKIR yang ke empat dalam ajang ini, dan kompetisi ini bisa dijadikan sarana untuk meningkatkan wawasan serta pengetahuan mereka dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi," kata Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko di Jakarta, Kamis.
Pelajar yang akan bertolak ke Amerika adalah Ni Nyoman Asmarani dan Ni Nyoman Shinta Prasista Sari (SMA Negeri 3 Denpasar, Bali) dengan karya ilmiah A Paradise in Crisis: The Eroding Cultural Values in Balinese Villages; Regia Puspitasari dan Audie Awali (SMA Negeri 10 Malang, Jawa Timur) dengan karya ilmiah Ramie Fiber as a Novel Green Electric Double Layer Capacitor Material; serta Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan (SMA Negeri 1 Surakarta, Jawa Tengah) lewat An Inorganic Nature of Heavy Metals Absorbent.
Keenam pelajar ini akan berkompetisi bersama 1.700 pelajar dari 75 negara dalam ajang yang memperebutkan total hadiah lebih dari empat juta dolar AS.
Sebelum berlaga, menurut Handoko, mereka mendapat pembinaan intensif selama enam bulan oleh peneliti-peneliti LIPI. Mulai dari mentoring kegiatan penelitian, pelaporan dan penulisan hasil penelitian, penyiapan media presentasi, sampai teknik presentasi ilmiah dalam bahasa inggris.
LIPI menyampaikan apresiasinya atas dukungan Intel ISEF dalam pembinaan para peneliti remaja. "Para pelajar diharapkan lebih banyak berdiskusi dan membangun jaringan, karena hal ini tidak berhenti hanya sampai di situ," ujar Handoko yang juga ikut sebagai delegasi Indonesia.
Intel ISEF sendiri adalah kompetisi ilmiah terbesar di dunia untuk pelajar setingkat Sekolah Menengah Atas yang diselenggarakan oleh Intel setiap tahunnya. Intel ISEF mendorong jutaan ilmuwan remaja untuk memberikan solusi bagi berbagai masalah dan tantangan baik tingkat lokal maupun global.
Untuk seleksi finalis, Intel ISEF bekerja sama dengan para afiliasinya di berbagai negara. Di Indonesia, Intel ISEF bekerja sama dengan LIPI melalui kompetisi LKIR.
"Menjadi peneliti tidak harus rumit. Secanggih apapun teknologi, tidak ada manfaatnya jika tidak ada manusia, karena manusia lah yang akan mengembangkan teknologi tersebut," kata Country Manager Intel Indonesia Harris Iskandar.
Sebagai informasi, keenam finalis akan diberangkatkan bersama enam pelajar lainnya pemenang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2015 yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mewakili Indonesia. Sebanyak 12 peneliti remaja ini dilepas oleh LIPI bersama dengan Intel Indonesia dan Kemendikbud pada Rabu (6/5), di Kantor Pusat Intel Indonesia, Jakarta dan akan bertolak ke Amerika pada Sabtu (9/5).
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015