Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Bunda Jakarta, dr. Erik Rohmando Purba, SpPD, mengungkapkan, di antara sejumlah penyebab munculnya batu empedu, konsumsi berlebihan lemak merupakan salah satunya.
"Terlalu banyak asupan lemak, memicu pigmen dalam empedu semakin banyak dan memekat. Sel-sel lemak bersatu lalu mengkristal sehingga menjadi batu," katanya di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, saat ini, gaya hidup sedentary atau duduk diam, dalam jangka waktu yang lama dan konsumsi makanan cepat saji (mengandung lemak tinggi) serta bersantan, merupakan pencetus munculnya batu empedu.
Kendati demikian, lanjut dia, konsumsi lemak seharusnya tak perlu dihindari karena berperan membantu mempercepat pengosongan kandung empedu. Erik mengatakan, tak semua orang yang memiliki batu di kandung empedunya menunjukkan gejala.
"Kurang dari 25 persen (penderita) merasakan gejala yang membutuhkan intervensi setelah periode lima tahun. Bisa dibayangkan, lima tahun batu empedu tanpa gejala," kata dia.
"Tetapi yang bergejala, biasanya mengalami nyeri di kuadran kanan atas (perut kanan atas), 30-60 menit setelah makanan terutama yang berlemak, mual, perut terasa penuh dan muntah hingga badanya kuning," tambah dia.
Erik mengungkapkan, apabila gejala-gejala yang disebutkan tersebut nampak, maka pasien disarankan melakukan pemeriksaan radiologis misalnya USG, CT Scan, MRCP untuk memastikan ada tidaknya batu dalam kandung atau saluran empedunya.
"Paling sering batu terlihat saat pemeriksaan USG," ujarnya.
Erik menambahkan, jika dibiarkan tanpa dilakukan tindakan, batu empedu akan menyebabkan radang akut kandung empedu.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015