Bengkulu (ANTARA News) - Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Moeldoko mengatakan tes keperawanan bagi calon prajurit perempuan tidak mengandung unsur diskriminatif tapi harus dilihat sisi positif untuk mendapat calon prajurit berkualitas.kita juga akan mencari tahu penyebabnya dan dokter yang dapat menjawab hal itu, misalnya apakah karena jatuh saat berkuda atau dia seorang atlet karate dan sebagainya
"Tidak ada unsur diskriminasi, justru itu adalah bagian dari persyaratan," kata Panglima TNI Moeldoko setelah memberi kuliah umum di Universitas Bengkulu, Kota Bengkulu, Rabu.
Moeldoko mengatakan tes keperawanan merupakan bagian dari persyaratan bagi para calon prajurit perempuan dan tidak ada unsur pelanggaran.
Tes keperawanan menjadi salah satu instrumen untuk mendapatkan calon prajurit terbaik, katanya.
Ia menambahkan ada tiga standar untuk menjadi seorang prajurit TNI yakni mental, intelektual, dan fisik. Tes keperawanan dalam hal ini menjadi salah satu standar fisik.
"Tentu kita juga akan mencari tahu penyebabnya dan dokter yang dapat menjawab hal itu, misalnya apakah karena jatuh saat berkuda atau dia seorang atlet karate dan sebagainya," katanya menjelaskan.
Tes keperawanan untuk mendaftar calon prahurit TNI sempat menjadi polemik di kalangan masyarakat. Tes keperawanan dianggap tidak relevan untuk melihat kemampuan seseorang untuk menjadi prajurit.
Penjangkau Lapangan Kantong Informasi Pemberdayaan Kesehatan Adiksi (Kipas) Bengkulu Apriyono mengatakan daripada melakukan tes keperawanan, sebaiknya calon prajurit dan Polri dites HIV/AIDS.
"Karena saat ini banyak anak muda sudah terjangkit HIV/AIDS, rata-rata usia produktif," ucapnya.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015