• Beranda
  • Berita
  • Radikalisme harus diperangi agar tak hancurkan Indonesia

Radikalisme harus diperangi agar tak hancurkan Indonesia

28 Mei 2015 21:19 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi III Yaqut Cholis Qoumas mengatakan terorisme dan radikalisme harus terus diperangi agar tidak menghancurkan Indonesia.

"Kita harus bersama-sama membendung paham radikalisme dan aksi terorisme agar mereka tidak bisa membumihanguskan Indonesia," katanya pada halaqah (seminar) "Menanggulangi Kekerasan Atas Nama Agama, Mengajarkan Islam Damai di Bumi Nusantara" di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.

Menurut Yaqut, seperti dikutip dalam siaran pers, kelompok radikal dan teroris merupakan kelompok yang merasa benar sendiri sehingga sulit diharapkan bisa hidup bersama secara damai.

"Mereka mengharamkan kelompok dari luar dan mereka merasa paling Islam sehingga kita dianggap oleh mereka itu kafir, sehingga kalau kafir darah itu dianggap halal," katanya.

Yaqut yang juga Wakil Ketua GP Ansor ini menilai langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merangkul organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah, juga organisasi Islam yang tidak berpaham radikal sudah tepat.

"NU dengan ribuan pondok pesantren di Indonesia menjadi tempat yang tepat untuk menyuarakan perdamaian," katanya.

Ia mengatakan radikalisme dan terorisme sudah menjadi isu internasional, sehingga semua pihak tidak boleh lengah dan harus terus fokus memeranginya.

"Tentu saja sebagai mitra BNPT di Komisi III DPR RI, kami siap membantu untuk program-program BNPT dari segi kebijakan," kata Yaqut.

Sementara itu Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris mengingatkan generasi muda untuk tidak salah jalan. "Jangan karena pengaruh-pengaruh bacaan atau orang lain, generasi muda kita menjadi tersesat," katanya.

Mantan aktivis Jemaah Islamiyah Abdurrahman Ayub mengajak semua orang, terutama generasi, untuk tidak mengikuti jalan yang pernah ia tempuh.

"Saya hadir di sini untuk membagi pengalaman buruk agar adik-adik dan masyarakat di sini tidak ikut-ikutan," kata dia.

Ayub mengaku masuk JI saat masih duduk di kelas dua STM. Ia mengaku saat itu masih labil.

"Jadi, saya mengajak generasi muda untuk selalu berbuat positif dan tidak terbawa propaganda gerakan radikalisme yang bisa menyeret menjadi terorisme," kata Ayub.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015