14 titik panas terpantau di Penajam

2 Juni 2015 03:33 WIB
14 titik panas terpantau di Penajam
Ilustrasi. Kebakaran lahan dan hutan di wilayah Provinsi Riau, Kamis (20/6). Satelit pemantau cuaca dan pendeteksi panas bumi milik National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) mendeteksi 148 titik panas yang tersebar hampir seluruh wilayah kabupaten dan kota. (ANTARA FOTO/Virna Puspa Setyorini)
Samarinda (ANTARA News) - Sebanyak 14 titik panas atau "Hotspot" terpantau di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, yang beresiko tinggi sebagai penyebab terjadinya kebakaran lahan di daerah itu.

"Kami mencatat, terdapat 14 titik panas yang masih berisiko tinggi terjadi kebakaran. Jadi, kami minta masyarakat selalu waspada terhadap terjadinya kebakaran lahan," ungkap Pelaksana tugas (Plt) BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara, Yahya, di Penajam, Senin (1/6).

BPBD Penajam Paser Utara kata Yahya, menghimbau warga di daerah itu agar tidak membakar sampah sembarangan atau membuang puntung rokok dalam keadaan apinya masih menyala, karena dapat menjadi pemicu terjadinya kebakaran lahan.

Ke-14 titik panas yang terpantau di Kabupaten Penajam Paser Utara, yang perlu diwaspadai lanjut Yahya diantaranya, di wilayah Gunung Seteleng, Kecamatan Penajam, hutan kota dan wilayah perkebunan di Kecamatan Sepaku yang terdapat enam titik panas.

Dari 20 kebakaran lahan di Kabupaten Penajam Paser Utara yang terjadi sepanjang 2014-2015, umumnya diakibatkan dari aktivitas pembakaran sampah atau pembukaan lahan oleh masyarakat serta puntung rokok yang dibuang sembarangan.

Selain itu tambah Yahya, masyarakat juga harus waspada dengan semakin tingginya intensitas pemadaman listrik di wilayah Penajam Paser Utara serta menghentikan pembukaan lahan dengan cara dibakar karena ada tujuh kebakaran di areal perkebunan warga yang hampir menjalar ke pemukiman warga.

"Kami meminta masyarakat untuk mewaspadai konsleting atau hubungan pendek arus listrik serta berhati-hati saat menyalakan lilin karena akibat seringnya terjadi pemadaman," ungkap Yahya.

Pewarta: Amirullah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015