"Memang konsumsi nasi di Sumut trennya menurun, tetapi tetap di atas angka nasional 96,2 kg per kapita per tahun," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Sumut Suyono di Medan, Selasa.
Sebelumnya, konsumsi nasi/beras penduduk di Sumut pernah mencapai 138 kilogram per kapita per tahun .
"Penurunan konsumsi nasi itu tentunya diapresiasi, karena selain untuk menekan ketergantungan terhadap beras juga mendorong kesehatan warga," katanya.
Menurut dia, penurunan kebutuhan beras itu mengindikasikan program diversifikasi pangan seperti manggadong atau makan ubi sebagai salah satu pengganti atau mengurangi konsumsi nasi dan edukasi soal makanan pengganti nasi di Sumut cukup berhasil.
Penurunan konsumsi nasi itu juga diduga akibat semakin tingginya kesadaran masyarakat menjaga kesehatan.
"Namun karena jumlah kebutuhan beras itu masih di atas angka nasional, tentunya perlu edukasi lebih gencar lagi," kata Suyono.
Kepala Perum Bulog Divre Sumut Fasika Khaerul Zaman menyebutkan meski Pemerintah menginginkan adanya diversifikasi pangan untuk menekan ketergantungan terhadap beras, tetapi Bulog terus mengupayakan stok pangan yang memadai.
"Bulog terus menjaga stok baik untuk kebutuhan rutin dan beras komersial sebagai pengaman pasar," katanya.
Pengamanan pasar perlu dilakukan untuk menekan aksi spekulan di pasar sehingga harga beras stabil.
Adapun penyaluran beras untuk warga miskin (raskin) yang bersumber dari beras public service obligation (PSO) diupayakan tepat waktu guna menjaga ketersedian bahan pokok itu di tangan warga.
"Ketersediaan beras di tangan warga akan mengurangi permintaan di pasar yang bisa meredam lonjakan harga jual," katanya.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015