Ledakan guncang parlemen Afghanistan

22 Juni 2015 15:44 WIB
Ledakan guncang parlemen Afghanistan
Sebuah kendaraan terbakar setelah terjadi ledakan di dekat gedung parlemen Afghanistan di Kabul, Senin (22/6/15). Anggota Taliban melalukan aksi bom bunuh diri dan sejumlah pria bersenjata menyerang parlemen Afghan hari ini, menghancurkan jendela dan memaksa anggota parlemen keluar ruangan, sementara kota kedua jatuh ke tangan kelompok Islam di utara di hari kedua. (REUTERS/Mohammad Ismail )
Kabul (ANTARA News) - Sebuah ledakan besar mengguncang parlemen Afghanistan di Kabul, Senin, dan ledakan itu memicu kekacauan di gedung yang penuh asap dengan para anggota parlemen berlari mencari perlindungan.

Kejadian itu tampak pada rekaman siaran langsung televisi.

Kelompok Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, yang terjadi ketika presiden Afghanistan akan memperkenalkan calon untuk jabatan penting menteri pertahanan kepada parlemen.

"Beberapa mujahidin telah memasuki gedung parlemen, pertempuran berat sedang berlangsung," tulis juru bicara kelompok Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam kicauannya di Twitter.

"Serangan itu terjadi pada saat menteri pertahanan sedang diperkenalkan," tambahnya.

Para pejabat keamanan tidak bisa segera mengkonfirmasi apakah para pejuang Taliban telah menerobos gedung parlemen dengan tingkat keamanan yang tinggi itu, dan belum ada laporan mengenai jatuhnya korban.

"Kami telah mendengar laporan terjadinya sebuah ledakan. Kami sedang menuju ke tempat kejadian perkara," kata Juru Bicara Kepolisian Kabul Ebadullah Karimi kepada AFP.

Para pemberontak melancarkan serangan ke seluruh negeri pada akhir April, serta meningkatkan serangan terhadap sasaran mereka di kalangan pemerintah dan asing. Rangkaian serangan itu diperkirakan menjadi musim pertempuran paling berdarah dalam satu dekade.

Para militan baru-baru ini menolak permintaan dari para ulama senior Afghanistan untuk menghentikan serangan selama bulan puasa Ramadhan, bahkan gelombang kekerasan dari para militan Taliban telah mengakibatkan terjadinya lonjakan korban sipil.
(Uu.Y012)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015