"Kita sedang dalam proses review oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait transaksi ini. Saya tidak mau terkesan lari dari review dengan membatalkan CSEA," kata Alex usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Kamis.
Menurut Alex, langkah perseroan meminta review dari berbagai lembaga negara seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPKP, dan Jamdatun, sesuai dengan permintaan dari Dewan Komisaris Telkom.
"Kami menghormati proses saja. Karena ini sedang jalan, makanya diperpanjang. Urusan nanti hasil review KPK bagaimana, kita lihat saja. Saya tidak mau berandai-andai. Saya itu mau menunjukkan Telkom sudah menjalankan Good Corporate Governance (GCG) dan menghormati calon mitra," katanya.
Ditambahkan Alex, Direksi menyakini bahwa aksi korporasi ini merupakan opsi terbaik namun tetap memerlukan persetujuan dari Dewan Komisaris. Pengajuan persetujuan kepada Dewan Komisaris belum dilakukan karena menghormati proses review dan klarifikasi yang masih berlangsung dari KPK.
"Pasca RUPS terakhir, kewenangan dewan komisaris makin kuat di Telkom. Tidak hanya harus meminta persetujuan untuk penjualan aset dengan nilai di atas Rp100 miliar, tetapi untuk aksi korporasi seperti peleburan, pendirian, atau pembentukan anak usaha yang memberikan dampak keuangan harus mendapat persetujuan komisaris," tegasnya.
Sementara Wakil Ketua Komisi VI Azzam Azman Natawijata menegaskan menolak rencana aksi korporasi itu. "Kami menegaskan kembali menolak rencana penjualan strategis itu," katanya.
Seperti diketahui, Telkom akan melepas sahamnya di Mitratel secara bertahap kepada Tower Bersama dengan cara share-swap. Tower Bersama akan menguasai 100 persen saham Mitratel dengan kompensasi Telkom memiliki 13,7 persen saham TBIG. Secara bertahap, Telkom bisa menambah sahamnya dengan beberapa syarat. Proses transaksi ini telah bergulir sejak 2014.
Nilai transaksi saat diumumkan (10 Oktober 2014) adalah sebesar Rp11.065 triliun dimana harga saham Tower Bersama sebesar Rp7.972 per lembar. Nilai transaksi tersebut menghasilkan 763 juta lembar saham.
Apabila jumlah lembar saham tersebut menggunakan harga per tanggal 1 Juli 2015 yaitu sebesar Rp8.850 per lembar, maka telkom mendapat gain sebesar Rp923 per lembar atau secara total Rp704 miliar.
Analis dari Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan dalam kajian Kamis (2/7) menyakini transaksi ini masih bisa terjadi karena manajemen kedua perusahaan yang sangat mendukung terhadap transaksi itu. "Tetapi, kami juga menilai ada risiko batalnya transaksi itu karena alasan politik," katanya.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015