Menurut siaran pers dari Change.org Indonesia yang diterima di Jakarta, Rabu, petisi tersebut ditujukan kepada Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.
Hingga Rabu pukul 17.00 WIB, petisi tersebut telah ditandatangani oleh 5.000 orang lebih.
Dalam petisi tersebut, Pergizi Pangan menyatakan tempe merupakan produk fermentasi kacang kedelai oleh kapang Rhizopus oligosporus. Tempe dibuat dengan proses yang unik, ditemukan beberapa abad lalu oleh nenek moyang Indonesia.
Tempe sudah sangat dikenal oleh banyak penduduk di beberapa negara. Bukti sejarah menunjukkan tempe dengan bahan dasar kedelai merupakan produk fermentasi yang pertama kali dibuat oleh masyarakat Jawa Tengah dan sudah biasa dikonsumsi sejak tahun 1700-an.
Di Indonesia, tempe telah diterima sebagai salah satu pangan sehat dan bergizi tinggi. Namun, Pergizi Pangan menilai tempe masih dianggap sebagai pangan kelas sosial ekonomi rendah.
"Hal ini menjadi salah satu alasan tempe masih kurang mendapat perhatian mendalam dari pemerintah, para pengambil kebijakan dan swasta sehingga perkembangan tempe di Indonesia relatif lamban," tulis petisi itu.
Terinspirasi dari pengakuan UNESCO terhadap Batik dalam daftar "Intangible Cultural Heritage of Humanity", Pergizi Pangan menilai tempe memiliki potensi yang besar untuk tercantum dalam daftar tersebut.
Bagi masyarakat Indonesia, tempe bukan sekedar makanan, tetapi memiliki nilai budaya, sejarah dan ekonomi bangsa. Karena keunikannya, tempe layak untuk menjadi simbol budaya Indonesia.
Dengan tercantum dalam daftar Intangible Cultural Heritage of Humanity, maka status tempe akan meningkat baik bagi masyarakat Indonesia maupun dunia.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015