"Prediksi kami, kekeringan yang melanda seluruh wilayah Kalsel selama musim kemarau sejak pertengahan Juli berlangsung hingga bulan Oktober," kata Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru, Kalsel, Purwanto, di Banjarbaru, Senin.
Ia mengatakan, kondisi itu dipicu aktivitas El Nino dari sifat lemah ke tingkat moderat (menengah) sehingga menyebabkan kemarau diprediksi berlangsung selama empat bulan.
Disebutkan, tren penguatan El Nino tahun 2015, ditunjukkan kenaikkan indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) dari 1,6 pada Juni menjadi 2,2 pada Desember 2015.
"Peningkatan Indeks Enso itu sudah cukup tinggi sehingga menyebabkan panjangnya masa paceklik dan gagal panen hasil pertanian akibat lamanya kekeringan," ungkapnya.
Dampak kemarau bisa dirasakan berupa panas terik seolah membakar kulit dan suhu udara kering siang hari dan malam harinya udara terasa dingin menusuk tulang.
"Kewaspadaan wajib ditingkatkan terutama kebakaran lahan dan hutan akibat kekeringan yang menyebabkan tanaman dan pohon mudah terbakar khususnya siang hari," ucapnya.
Kelembaban udara rendah atau masuk kategori kering pada kisaran di bawah 50 dan suhu udara terukur siang hari pukul 15.00 Wita antara 32-33 derajat celcius.
Menurut dia, dampak El Nino juga menyebabkan minimnya hujan yang hampir selama kemarau diprediksi tidak turun hujan. Kalau pun hujan, intensitasnya relatif kecil.
"Kemungkinan turun hujan kecil dan kalau pun turun hujan sifatnya sporadis yang bersifat lokal atau setempat dengan intensitas hujan ringan," ujarnya.
Masa peralihan musim setelah El Nino berakhir diperkirakan mulai awal November yang diprediksi sudah masuk musim hujan hingga awal tahun 2016.
"Musim kemarau tahun ini relatif lebih panjang sehingga musim hujan juga relatif mundur dari biasanya awal Oktober menjadi bulan November baru masuk musim hujan," katanya.
Pewarta: Yose Rizal
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015