Kuala Lumpur (ANTARA News) - Mantan pemimpin Malaysia Mahathir Mohamad secara keras mengkritik Perdana Menteri Najib Razak pada Senin, dengan menyatakan demokrasi di negaranya mati.Apa yang Najib lakukan sekarang, belum pernah terjadi sebelumnya di Malaysia"
Dia juga mendesak kepolisian segera memeriksa Najib terkait dugaan korupsi di lembaga negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Najib menghadapi tekanan besar terkait tudingan kesalahan manajemen lembaga keuangan negara 1MDB dan pertumbuhan lemah ekonomi Malaysia. Pada bulan lalu, dia memberhentikan wakil perdana menteri, Muhyiddin Yassin, mengganti jaksa agung, serta memindahkan pejabat terlibat dalam penyelidikan 1MDB.
Dia juga memberangus dua surat kabar ternama dan menutup satu laman, Sarawak Report, yang melaporkan dugaan korupsi di 1MDB.
"Demokrasi telah mati karena pemimpin terpilih telah mengubah institusi pemerintahan menjadi instrumen untuk mempertahankan kekuasaan," tulis Mahathir dalam blog pribadinya.
Kantor Perdana Menteri hingga kini belum menanggapi pernyataan Mahathir.
Sebelumnya, Najib sempat menyatakan bahwa Mahathir adalah tokoh di balik tudingan korupsi dalam pemerintahannya--sebuah tuduhan yang menurut perdana menteri tidak berdasar.
Najib menjelaskan bahwa semua skandal ini mulai terjadi saat dia menolak permintaan pribadi Mahathir.
Mahathir, yang menjadi perdana menteri terlama di Malaysia, saat ini merupakan kritikus Najib yang paling keras. Dia menarik dukungannya terhadap Najib pada tahun lalu setelah koalisi Barisan Nasional kalah dalam pemilihan umum 2013.
Tokoh yang sudah berusia 90 tahun itu padahal dulunya adalah mentor Najib dan hingga kini masih sangat berpengaruh di Malaysia. Namun kini dia mendesak sang perdana menteri agar mundur terkait skandal 1MDB.
Di sisi lain, Najib hingga kini masih memperoleh dukungan kuat dari koalisi BN dan dari dalam partainya sendiri, United Malays National Organisation (UMNO).
"Apa yang Najib lakukan sekarang, belum pernah terjadi sebelumnya di Malaysia," kata Mahathir.
"Rakyat kebanyakan kini tidak tahu lagi harus berbuat apa. Potensi terus berkuasanya Najib di negara ini adalah hal yang sangat menyedihkan," katanya.
Pada Juli, surat kabar "Wall Street Journal" menyelidiki dugaan korupsi dan kesalahan manajemen keuangan di 1MDB. Mereka menemukan transaksi hampir 700 juta dolar AS ke rekening pribadi Najib.
Najib membantah melakukan korupsi untuk memperkaya pribadi dan balik menuding bahwa tudingan tersebut adalah bagian dari kampanye untuk menurunkan dirinya.
Lembaga anti-rasuah Malaysia pada pekan lalu berjanji akan segera meminta Najib menjelaskan donasi sebesar 2,6 milyar ringgit yang masuk ke rekening pribadinya dari sebuah lembaga donor di Timur Tengah.
Pada Sabtu, Najib mengatakan bahwa uang ke rekeningnya bukan suap dan tidak terkait sama sekali dengan 1MDB. Komisi anti-rasuah masih belum membenarkan pernyataan tersebut, demikian Reuters melaporkan.
(G005)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015