"Hingga 12 Agustus 2015, elevasi air di Bendung Manganti, Desa Bojongsari, Kecamatan Kedungreja, Cilacap, hanya 8,5 meter dengan debit air sebesar 1,3 meter kubik. Padahal, dalam kondisi normal mencapai 10,2 meter dengan debit air sebesar 32 meter kubik per detik," kata Kepala Dinas Bina Marga, Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Cilacap Alexander Ristiyanto didampingi Kepala Bidang Sumber Daya Air Saeful Hidayat di Cilacap, Kamis.
Dengan debit air sebesar 1,3 meter kubik per detik itu, kata dia, Bendung Manganti hanya mampu mengairi area persawahan sekitar 1.300 hektare dari total 26.153 hektare yang tersebar di Daerah Irigasi (DI) Sidareja-Cihaur seluas 21.537 hektare dan DI Lakbok Selatan, Kabupaten Ciamis, seluas 4.616 hektare.
Sementara untuk mengairi sawah seluas 26.153 hektare, lanjut dia, debit air yang dibutuhkan sekitar 30 meter kubik per detik.
Lebih lanjut, menurutnya, jika mengacu pada jadwal musim tanam kedua, terhitung mulai bulan Juli seharusnya sudah tidak ada kebutuhan air untuk lahan sawah.
"Akan tetapi di beberapa wilayah mengalami keterlambatan pola tanam sehingga sawah mengering karena tidak teraliri air irigasi," katanya.
Menurut dia, air yang dialirkan dari "intake" Bendung Manganti hanya untuk membantu peresapan sumur-sumur yang digunakan untuk air minum.
Ia mengatakan bahwa pembangunan Waduk Matenggeng di Dayeuhluhur, Cilacap, yang akan dibangun pada tahun 2018 dan ditargetkan selesai pada tahun 2022 merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kekeringan yang biasa melanda wilayah barat Kabupaten Cilacap.
Bahkan, kata dia, Waduk Matenggeng dapat mengatasi bencana banjir yang juga sering melanda wilayah barat Kabupaten Cilacap.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015