Semua ingin memberikan yang terbaik bagi kelancaran upacara HUT RI di Istana Merdeka, Jakarta.
Namun siapa sangka jika di balik kebesaran dan keagungan seragam putih mereka tersimpan banyak cerita bercampuraduk antara harapan, kecemasan, keputusasaan, hingga masa depan yang masih luas membentang.
Anggota Paskibraka 2015 Briand F Pelle dari Papua, misalnya, tak pernah bermimpi mendapatkan amanah sebagai pengerek bendera dan baru ditunjuk pada detik-detik terakhir menjelang tugas pengibaran bendera.
"Kalau tegang itu sih bikin mikir, nanti fokus aja setelah ini kita bikin apa-apa tinggal berdoa agar semua bisa berjalan dengan baik. Sempat kasih longgar-longgar badan supaya tidak gugup," kata pelajar SMA 1 Sentani itu.
Ia menepis rasa khawatir dan galau mengingat dirinyalah wakil Papua yang mendapatkan kesempatan langka itu.
Rasa haru-biru juga dirasakan Zainal Aziz siswa SMAN 1 Payakumbuh, Sumatera Barat, yang pada menit-menit terakhir ditunjuk sebagai pembentang bendera dalam upacara detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-70 di Istana Merdeka.
"Pas sudah di tiang itu, pas mau menarik itu, timbullah wajah pelatih, wajah orang tua. Alhamdulilah terbentang dengan baik," katanya.
Sebagai manusia biasa, ia merasa grogi luar biasa apalagi seluruh pasang mata masyarakat Indonesia akan lekat menatapnya.
Satu hal yang paling dikhawatirkannya adalah bendera tidak terbentang dengan sempurna atau bahkan talinya terlepas.
Namun semangatnya mampu mengalahkan segalanya bahwa keyakinan membuat siswa kelas XI itu sigap menjalankan tugasnya dengan baik.
Pembawa Baki
Kisah pembawa baki bendera yang akan dikibarkan selalu menarik perhatian.
Pantas jika kemudian posisi itu ibarat menjadi motivasi bagi para anggota Paskibraka dari tahun ke tahun.
Meskipun penentuan sang pembawa baki juga baru dilakukan sesaat sebelum tugas ditunaikan, tetap saja semua berharap ingin mendapatkan tugas mulia itu walaupun berat.
Tidak terkecuali Maria Felicia Gunawan dari SMAK Penabur Gading Serpong Provinsi Banten yang terpilih menjadi pembawa baki bendera dalam upacara detik-detik proklamasi di Istana Merdeka pada Senin.
Siswi kelas XI itu mengaku bangga mendapatkan tugas tersebut.
"Yang pastinya, takut mengecewakan, takut enggak bisa kasih yang terbaik, rasa khawatir. Pokoknya takut rasanya karena ini kan sudah dikasih kepercayaan," kata gadis yang akrab disapa Cia itu.
Tampakya wajar jika Cia merasa khawatir akan berbagai hal mulai dari kemungkinan tergelincir saat menuruni tangga karena harus berjalan mundur atau bendera yang dibawanya terjatuh lantaran tertiup angin.
Ia juga harus memiliki mental sekuat baja karena akan disorot kamera dan disaksikan jutaan pasang mata saat membawa bendera itu hingga ke tiang untuk dikibarkan.
Selama itu pula Cia harus memikirkan hal-hal yang membuatnya bahagia agar bisa terus tersenyum.
Dari perjalanannya sebagai anggota Paskibraka, Cia memetik banyak sekali manfaat. Namun yang utama adalah kedisiplinan yang akan menjadi bekal terbaik untuk meraih masa depannya.
Sejarah tidak akan melupakannya sebagai pembawa baki bendera dalam HUT ke-70 RI. Sejarah tidak akan mungkin menghapus prestasi gadis yang bercita-cita menjadi reporter itu.
Senada dengan Cia, pembawa baki yang bertugas untuk mengembalikan duplikat bendera pusaka yang berasal dari Provinsi Gorontalo bernama Rani Noerinsan dari SMAN 3 Gorontalo pun menorehkan sejarah yang sama tahun ini.
Mental Baja
Bukan sembarangan untuk menjadi anggota Paskibraka. Tugas yang dijalankannya pun bukan perkara yang mudah.
Salah satu Pembina Paskibraka 2015, Rizal Hadiatna mengatakan, anggota Paskibraka diseleksi secara berlapis dengan banyak materi tes termasuk psikotes untuk mendapatkan bibit terbaik yang bisa tampil dengan prima saat menjalankan tugas.
Sementara para petugas utama yang membawa baki, pengibar, pengerek dan pembentang bendera diseleksi dengan banyak pertimbangan.
"Pertimbangan utama adalah hasil psikotes karena kita memerlukan kandidat yang bermental baja untuk melaksanakan tugas berat ini," katanya.
Sedangkan soal penunjukan sesaat yang dilakukan menjelang pelaksanaan tugas dimaksudkan agar semua anggota Paskibraka tetap memiliki semangat yang sama.
"Itu dilakukan agar mereka tetap punya semangat dan harapan," katanya.
Namun, di luar semua itu, Paskibraka menjadi salah satu cara negara mengapresiasi dan memberdayakan anak bangsa terbaik.
Paskibraka juga menjadi cara dan kesempatan bagi generasi muda terbaik untuk memberikan sumbangsihnya dalam menorehkan sejarah yang baik bagi bangsa Indonesia.
Ada beragam cerita di balik kebesaran seragam putih Paskibraka yang layak untuk dikisahkan kepada generasi penerus sebagai inspirasi kelak.
Oleh Hanni Sofia
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015