"Dalam setiap pertemuan dan kunjungan di negara-negara ASEAN kami akan menawarkan desa wisata sebagai wisata unggulan minat khusus," kata Kepala Bidang Pemasaran pada Dinas Pariwisata DIY, Imam Patandi di Yogyakarta, Senin.
Menurut Imam, mempopulerkan konsep desa wisata akan mendorong negara-negara ASEAN berdatangan untuk mempelajari desa wisata ke DIY.
Secara otomatis, menurut dia, kondisi itu akan membuat pariwisata di Yogyakarta semakin dikenal di kalangan wisatawan mancanegara khususnya ASEAN.
Momentum itu tentu dapat dimanfaatkan sekaligus sebagai ajang promosi, kata mantan Kepala Bidang Kerja Sama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) DIY itu.
Konsep desa wisata, menurut dia, belum banyak diadopsi di negara-negara anggota ASEAN. Melalui desa wisata, wisatawan dapat ikut mempelajari berbagai hal yang telah menjadi budaya masyarakat lokal.
"Misalnya selain menikmati alam dan menyaksikan atraksi kesenian, wisatawan juga bisa belajar langsung membuat kerajinan, gamelan, dan belajar membatik," kata dia.
Menurut Imam, hingga saat ini terdapat 60 desa wisata terdaftar dengan berbagai macam tema yang tersebar di lima kabupaten/kota. Desa wisata di DIY antara lain mengangkat tema tentang alam, budaya masyarakat, dan aneka seni tradisional.
Menurut dia, pada dasarnya masing-masing kabupaten itu masih memiliki potensi untuk menambah desa wisata baru.
Selain desa wisata, Imam mengatakan, pihaknya akan mengembangkan promosi wisata minat khusus lainnya seperti arung jeram Kali Suci, embung Nglanggeran di Gunung Kidul, serta Puncak Suroloyo di Kabupaten Kulon Progo.
"Berbagai bentuk wisata minat khusus akan selalu kami prioritaskan dalam setiap kunjungan ke negara lain di Asia maupun Eropa," kata Imam.
Dispar DIY telah menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada 2015 meningkat 10 persen dibandingkan 2014 yang mencapai 254.213 orang.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015