"Atas hal tersebut, saya menilai bahwa aksi buyback saham BUMN itu belum tentu diikuti oleh emiten-emiten swasta. Bahkan, kemungkinan, tidak semua BUMN akan melakukan aksi buyback tersebut karena berbagai faktor seperti soal harga, sumber pendanaan yang belum clear, dan sebagainya," kata Heri di Gedung DPR RI, Selasa.
Selanjutnya, seperti pengalaman yang lalu, aksi bayback justru memberi hasil yang bertolak belakang.
"Bukannya stabil, harga saham justru bisa lebih anjlok. Karenanya, BUMN-BUMN harus lebih berhati-hati. Hitung untung-ruginya dengan lebih cermat, terutama terkait dengan jumlah saham yang sudah beredar di pasaran. Apalagi, dalam waktu yang belum lama ini, beberapa BUMN baru saja melakukan right issue," kata politisi Partai Gerindra itu.
Meski begitu, dirinya tetap berharap kebijakan buyback bisa menjadi stimulus untuk meredam kejatuhan HSG ke level yang lebih dalam. Setidaknya, untuk jangka pendek.
"Namun, pemerintah harus tetap berhati-hati. Hitung dengan cermat momentum dan untung-ruginya. Jumlah Rp10 triliun itu bukan angka yang sedikit. Apalagi, kondisi ekonomi memang tidak stabil seperti penurunan harga komoditas yang makin suram," demikian Heri Gunawan.
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015