Bogor (ANTARA News) - Sebanyak 1.000 lembar peta Panduan Jelajah Kota Pusaka Bogor yang diproduksi oleh Yayasan Roemah Kahoeripan dan Komunitas Pelestarian Pusaka Budaya Bogor (KPPBB) akan membagikan secara gratis kepada pelajar, mahasiswa, komunitas dan tukang becak yang ada di Kota Bogor, Jawa Barat.Lima kawasan tersebut terdiri atas, kawasan kebun raya dan istana, kawasan pemukiman Tionghoa, kawasan pemukiman Arab, kawasan pemukiman Eropa dan kawasan situs Padjajaran,"
"Tahap awal Peta Panduan Jelajah Kota Pusaka Bogor ini sudah dicetak sebanyak 1.000 lembar akan kita bagikan secara gratis kepada pelajar, mahasiswa, komunitas, stakeholder, termasuk tukang becak juga," kata Ketua KPPBB, Dewi Djukardi, di Bogor, Kamis.
Peta Panduan Jelajah Kota Pusaka Bogor memuat informasi tentang Kota Pusaka Bogor sebagai sejarah warisan cagar budaya, yang berisi penjelasan tentang lima kawasan pusaka yang ada di kota tersebut.
"Lima kawasan tersebut terdiri atas, kawasan kebun raya dan istana, kawasan pemukiman Tionghoa, kawasan pemukiman Arab, kawasan pemukiman Eropa dan kawasan situs Padjajaran," katanya.
Hampir menyerupai Peta Panduan Jelajah Kota Pusaka Semarang, peta jelajah kota pusaka Bogor juga memberikan informasi terkait bangunan maupun benda cagar budaya yang terdapat di lima kawasan tersebut, baik lokasi, sejarah maupun letaknnya.
Seperti kawasan Kebun Raya dan Istana Bogor, terdapat 21 bagunan yang berada di area tersebut, diantaranya Istana Bogor, Kebun Raya, Gereja Katedral, Kapel Bunda Maria Regina Pasis, Kantor Pos Juanda, Tugu Kujang, Museum Zoologi, Balai Kota, Balai Besar Industri Agro, Hotel Salak, Museum Tanah, Gereja Zebaoth, Museum Herbarium dan lain sebagainya.
Begitu pula kawasan perkampungan Tinghoa, ada sekitar 24 kawasan pusaka yang terangkum dalam peta ini diantaranya, Klenteng Dhanagun, Toko Tak Ek Tjoan, Hotel Pasar Baru, Rumah Tinggal di Jalan Suryakencana, rumah Abu keluarga Thung, Vihara Mahabrahma, Vihara Dharmakaya, dan masih banyak lainnya.
Di kawasan pemukiman Arab, atau dikenal dengan Empang ini memiliki delapan kawasan pusaka, seperti Masjid Keramat Empang, Makam Keramat Empang, Makam Raden Saleh, Rumah Panggung Empang, dan beberapa rumah peninggalan zaman dulu.
Untuk kawasan pemukiman Eropa, ada 18 objek benda cagar budaya yang masih terjaga seperti Stasiun Besar Bogor, Museum PETA, Museum Perjuangan, Gedung Blenong, Balai Pengelolaan Alih Teknologi Pertanian, Rumah Sakit Salak, Pusat Studi Biofarmaka IPB, Gedung SMAN 9, dan masih banyak lainnya.
Pada kawasan kelima yakni situs Padjajaran, menampilkan informasi delapan objek benda cagar budaya yang masih terjaga di Kota Bogor seperti, Makam Mbah Dalem, Batu Dakon, Situs Ranggapati, Prasasti Batu Tulis, Hing Puri Bima Sakti, Sisa Benteng Pertahanan Padjajaran, dan Situs Purwagalih.
"Kami berharap dengan peluncuran peta ini pemerintah lebih memperhatikan keberadaan benda-benda cagar budaya yang ada di Kota Bogor dengan melengkapi infrastruktur dan merawatnya serta melestarikannya," kata Dewi.
Menurut Dewi, dimasa yang datang pariwisata berbasis cagar budaya akan menjadi tren. Mengingat ketersediaan sumber daya alam yang semakin menipis, maka sektor pariwisata menjadi alternatif untuk menambah devisi negara.
"Pariwisata berbasis cagar budaya akan menjadi trend, dan meningkatkan ekonomi masyarakat," katanya.
Peta Panduan Jelalah Kota Pusaka Bogor diluncurkan secara resmi Senin (24/8) kemarin. Inovasi ini merupakan buah dari karya yang sudah sangat lama menjadi pemikiran Yayasan Roemah Kahoeripan dan KPPB agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Dewi proses pembuatan kedua peta tersebut berlangsung cukup lama, selama kurang lebih tiga tahun lamanya tim ahli dari Roemah Kahoeripan dan KPPBB yang terdiri atas kalangan akademisi, praktisi, dan pelestari melakukan penelitian dan mengumpulkan data-data sejarah hingga dirangkum dalam sebuah peta.
"Semua ini kami lakukan karena kecintaan dan kepedulian terhadap warisan pusaka budaya Indonesia yang sangat beragam dan salah satunya berada dan dimiliki oleh masyarakat Bogor baik kota maupun kabupaten," kata Dewi.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015