• Beranda
  • Berita
  • Asap kembali mengganggu aktivitas masyarakat Sampit di pagi hari

Asap kembali mengganggu aktivitas masyarakat Sampit di pagi hari

1 September 2015 09:41 WIB
Asap kembali mengganggu aktivitas masyarakat Sampit di pagi hari
Foto udara kebakaran lahan di Dusun Simpang Tiga Sakti, Kab Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel. Minggu (20/8). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Sampit, Kalteng, (ANTARA News) - Asap kebakaran lahan yang sempat hilang beberapa pekan, kini kembali memenuhi udara Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, sehingga mulai mengganggu aktivitas pagi masyarakat setempat.

"Padahal sudah enak tidak ada asap, udara jadi terasa segar, sekarang asap muncul lagi. Ini sepertinya akibat kebakaran lahan yang kembali marak setelah hujan tidak turun lagi," kata Tina, warga Sampit, Selasa.

Pantauan di lapangan, asap cukup pekat terlihat mulai pukul 05:00 WIB, saat aktivitas masyarakat Sampit mulai ramai. Sebagian warga pun terlihat mengenakan masker agar tidak terhirup asap bercampur debu kebakaran lahan.

Asap cukup pekat terlihat di kawasan Jalan Tjilik Riwut, Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Pramuka. Tidak terkecuali di perumahan seperti Tidar Baru dan Wengga, juga tidak luput dari saputan asap kebakaran lahan yang diduga berasal dari bekas kebakaran lahan di kawasan Jalan Jenderal Sudirman dan ruas lingkar utara.

Perairan Sungai Mentaya juga tidak luput dari saputan asap. Meski belum begitu parah mengganggu jarak pandang, namun kondisi ini membuat motoris angkutan meningkatkan kehati-hatian dan mengurangi kecepatan untuk menghindari tabrakan. Asap baru mulai berkurang sekitar pukul 8:00 WIB seiring tiupan angin yang mulai meningkat sehingga mampu mengurai kepekatan asap.

"Kebakaran lahan memang kembali terjadi karena ada yang diduga sengaja membakar lahan. Kebun sawit saya seluas satu hektare di Desa Tinduk juga tidak bisa diselamatkan karena apinya sangat cepat meluas merembet dari lahan milik orang lain," kata Doni yang menaksir kerugian sekitar Rp 10 juta untuk tiap hektare kebun sawit.

Pemerintah daerah mengimbau masyarakat menghentikan pembakaran lahan. Dampak buruk yang ditimbulkan sangat luas karena merugikan warga lain yang kebunnya ikut terbakar, serta munculnya penyakit seperti infeksi saluran pernapasan akut akibat terhirup asap bercampur debu akibat kebakaran lahan.

Pewarta: Norjani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015