Mahasiswa IPB buat gula dari kulit singkong

3 September 2015 11:31 WIB
Mahasiswa IPB buat gula dari kulit singkong
Mahasiswa IPB memperlihatkan gula cair yang terbuat dari kulit singkong di Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor, Jabar, Rabu (2/9). Kulit singkong yang merupakan limbah industri singkong di Bogor tersebut dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan gula cair sebagai pengganti gula dari bahan baku tebu, inovasi ini meraih Golden Award dalam kompetisi MIIIE 2015 di Macau. (ANTARA FOTO/Jafkhairi)
Bogor (ANTARA News) - Mahasiswa IPB membuat inovasi dengan menghasilkan gula cair yang bahan baku utamanya berasal dari kulit singkong.

"Gula cair dari kulit singkong mengandung energi lebih rendah yakni kurang dari sepertiga dari energi yang terdapat dalam gula pasir," kata Farauq Arrahman satu dari empat mahasiswa pelopor pembuatan gula cair kulit singkong, di Bogor, Kamis.

Farauq mengatakan, inovasi gula cair berbahan kulit singkong dikerjakan bersama tiga teman lainnya yakni, Galih Nugraha, Putri Vionita dan Abdul Aziz.

Dikatakannya, ide awal inovasi tersebut berasal dari Abdul Aziz saat dimulainya Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) IPB yang mengusulkan sejumlah ide untuk membuat sebuah inovasi.

"Berangkat dari konsep "zero waste" kami melihat produksi singkong Indonesia cukup besar, salah satunya di Ciluar Bogor juga terdapat sentra pengolahan singkong untuk tepung tapioka," katanya.

Ia mengatakan, proses pembuatan gula cair dari kulit singkong juga cukup praktis. Kulit singkong yang sudah direndam selama tiga hari diblender dengan campuran air lalu diambil patinya.

Bubur kulit singkong yang sudah menjadi pati dimasukkan sejumlah enzim alfa-emilase. Selanjutnya tahap sakarifikasi dengan cara pati yang telah terpecah menjadi dekstrin didinginkan dari suhu 105 derjat celcius menjadi 60 derjat celcius, kemudian dimasukkan ke dalam toples kaca sakarifikasi dengan penambahan enzim amiloglukosidase.

Setelah melalui proses sakarifikasi kemudian masuk ke dalam proses pemucatan dengan arang aktif. Tahap selanjutnya, dilakukan penyaringan dan proses penguapan (Evaporasi) untuk memekatkan hasil gula cair dari 30-35 brix sampai 43-80 brix.

"Gula cair kulit singkong ini mengandung energi 106 kilo kalori per 100 gramnnya, sedangkan gula pasir mengandung 364 kkal per 100 gram," kata Faraoq.

Lebih lanjut Putri Vionita menjelaskan, bila dibandingkan dengan produk gula lainnnya kandungan kalori gula cair kulit singkong lebih rendah dari gula lainnya, seperti gula aren mengadung 368 kkal/100 gram, gula kelapa 386 kkal/100 gram. Dan bahan pemanis lainnya seperti madu mengandung 294 kkal/100 g.

"Dari hasil uji komposisi gula mengandung HPLC, komposisi gula cair kulit singkong mengandung fruktosa sebesar 4677.21 mg/1000g, glukosa 24.62 mg/1000 g, maltosa 0.11 mg/1000g," katanya.

Galih Nugraha menekankan, gula cair kulit singkong menggunakan hidrolisis enzimatis dengan bantuan enzim alfa-amilasi dan enzim amiloglukosidae merupakan gula cair fruktosa yang rendah kalori yakni sebesar 106 kkal/100 g.

"Sehingga gula cair ini dapat digunakan untuk penderita diabetes yang menginginkan minuman manis," katanya.

Selain kandungan lemak gula cair dari kulit singkong lebih rendah, lanjut Galih, gula cair tersebut dapat menjadi alternatif pengguna gula selain gula kelapa.

"Gula cair dari kulit singkong cocok digunakan untuk diet karena kandungan kalorinya yang rendah," katanya.

Sementara itu Abdul Aziz menambakan, ide pembuatan gula cair dari kulit singkong melihat besarnya potensi singkong yang diproduksi oleh Indonesia, namun minimnya pemanfaatan terutama pada limbah kulitnya.

Aziz mengatakan, Indonesia termasuk lima negara penghasil singkong terbesar di dunia. Angka BPS 2014 menyatakan produksi singkong nasional mencapai 23.458.120 ton. Pengolahan singkong menghasilkan limbah sekitar 15-20 persen dari berat umbi, dengan persentase lapisan periderm sebesar 0,5-2 persen dan kulit bagian dalam (corteks) berwarna putih mencapai 8-19,5 persen.

"Ini potensi yang besar jika kita mampu memproduksi gula cair dari kulit singkong kenapa kita harus bergantung pada impor gula," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015