"Kebugaran anak-anak usia 10-14 tahun berdasarkan penelitian belum lama ini terbilang rendah yakni 67 persennya diketahui tergolong kurang aktif, bahkan untuk golongan remaja yang memiliki kebugaran bagus (dalam arti standar atlet) tidak sampai satu persen," kata Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Kementerian Pemuda dan Olahraga, Prof Djoko Pekik Irianto dalam diskusi terbuka "Ke Mana Visi Pembinaan Olahraga Kita" di Palembang, Kamis.
Dalam diskusi yang dihadiri Gubernur Sumsel Alex Noerdin, mantan atlet Richard Sambera dan Rexy Mainaky, dan mantan komandan Program Atlet Andalan Ahmad Sucipto, ia mengatakan, kondisi ini jelas mengkhawatirkan, artinya butuh suatu upaya untuk mengatasinya.
Menurut dia, kondisi ini sebagian besar dijumpai di perkotaan dan mulai menjalar ke kawasan pedesaan. (sebanyak 56 persen penduduk tinggal di kota, red).
"Anak-anak sekarang lebih suka menggunakan gadget, sudah jarang ditemui anak-anak yang ke sekolah naik sepeda dan lainnya, ini yang menjadi penyebab utama," kata dia.
Selain itu, ia menambahkan, sistem pendidikan yang demikian ketat terhadap waktu membuat pelajar tingkat SD dan SMA mengurangi gerak olah tubuh.
"Tuntutan yang tinggi seperti harus lulus Ujian Nasional sehingga memaksa pelajar untuk menambah waktu belajar. Jika dulu, anak-anak selesai sekolah jam 12.00 WIB kini sudah jam 15.00 WIB," ujar dia.
Sehingga tidak mengherankan jika hal ini juga berimbas pada prestasi atlet secara nasional, karena anak-anak didorong ke arah tidak menyukai kegiatan olahraga.
"Bagaimana akan mendapatkan atlet bertalenta di tingkat SD dan SMA kalau di level mereka tidak ada kegiatan olahraga," kata dia.
Mantan atlet nasional renang Richard Sambera pun membenarkan bahwa perubahan gaya hidup anak-anak telah berimbas pada prestasi olahraga Tanah Air.
"Saya dulu sewaktu sekolah, pulang jam 12.00 WIB kemudian jam 13.00 WIB sudah berada di rumah. Lalu menjadi tidak masalah ketika harus berlatih pukul 15.00 WIB di arena renang. Sementara, saat ini hal itu sangat sulit diterapkan karena anak-anak rata-rata pulang sekolah jam 15.00 WIB," ujar dia.
Oleh karena itu, Richard menilai dibutuhkan suatu intervensi dari pemerintah di level kebijakan, jika ingin menyelamatkan prestasi olahraga di kancah internasional.
"Sederhana saja, saat ini orang berpikir dua kali jika ingin menjadikannya atlet, karena terlalu berisiko bagi masa depan anaknya," kata dia.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015