Pontianak (ANTARA News) - Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak menyatakan saat ini satu-satunya alat pemantau ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) milik Pemerintah Kota Pontianak rusak, sehingga tidak bisa digunakan untuk mengetahui kualitas ISPU di kota itu.Saat ini alat pemantau ISPU tersebut sedang diperbaiki di Singapura, sehingga untuk sementara kami melakukan pemantauan ISPU hanya dengan pandangan mata saja,"
"Saat ini alat pemantau ISPU tersebut sedang diperbaiki di Singapura, sehingga untuk sementara kami melakukan pemantauan ISPU hanya dengan pandangan mata saja," Kata Kasubbid Pemantauan dan Penanggulangan Kerusakan lingkungan, BLH Kota Pontianak Rahmidiyani di Pontianak, Minggu.
Ia menjelaskan, meskipun alat pemantau ISPU rusak dan sedang diperbaiki, secara kasat mata kualitas ISPU saat ini bisa dikategorikan tidak sehat.
"Hal itu bisa dilihat dari tebalnya asap dan udara juga bercampur partikel-partikel sisa terbakarnya lahan," ungkapnya.
Menurut dia, BLH Kota Pontianak dalam mengatasi semakin tebalnya kabut asap secara rutin melakukan imbauan-imbauan kepada masyarakat Kota Pontianak dan sekitarnya agar tidak membakar apapun, termasuk membakar sampah, karena hanya akan menambah semakin tebalnya kabut asap.
"Selain itu, kami juga membagikan masker secara gratis di beberapa titik perempatan jalan di Pontianak, kepada para pengendara roda dua," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala BLH Kota Pontianak Multi Junto menyatakan, saat ini kualitas ISPU sudah masuk kategori tidak sehat mulai pukul 24.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB, sehingga masyarakat sebaiknya tidak keluar rumah kalau memang tidak perlu.
Ia mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitasnya di luar rumah, kalaupun terpaksa keluar rumah sebaiknya menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut.
"Lebih bagus lagi menggunakan masker yang basah sehingga bisa menyaring atau menahan partikel debu sehingga tidak masuk dalam saluran pernapasan," ujar Multi.
Menurut Multi, Pemkot Pontianak sudah menerbitkan Perwa No 6/2006 bahwa setiap penduduk tidak boleh membakar dalam bentuk apapun, baik itu sampah maupun lainnya karena Pemkot sudah punya mobil kebersihan.
Kesadaran masyarakat untuk tidak membakar sampah di musim kemarau, masih kurang, sehingga perlu ditingkatkan lagi kesadaran tersebut, karena dampak dari pembakaran sampah rumah tangga akan menambah semakin tebalnya kabut asap, kata Multi.
Pewarta: Andilala
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015