Rombongan yang terhalang kabut asap tebal di Bandara Kalimarau di Berau itu terdiri dari musisi dan penonton, termasuk dari Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta para jurnalis para peliput.
"Kami terpaksa ganti penerbangan ke Tarakan karena semua airline yang punya jadwal ke Berau menunda penerbangan," kata Indro Hardjodikoro, pemain bass terkemuka Indonesia di Balikpapan, Jumat.
Penerbangan ke Berau antara lain dilayani oleh Wings Air, Lion Air, Sriwijaya Air, dan Garuda Indonesia. Dengan jarak pandang 300 meter pada pukul 11.00 Kamis (10/9), semua pilot memutuskan untuk menunda penerbangan.
Jarak pandang yang aman untuk pesawat komersial itu 2.500-4.000 meter, kata Mart Soplepmann, co pilot Garuda Indonesia.
Indro, termasuk juga gitaris YK, band jazz asal Samarinda Yusuf Koen, dijadwalkan tampil festival yang berlangsung mulai Jumat malam hingga Minggu 13/9 mendatang di Maratua, pulau terbesar di gugus Kepulauan Derawan, satu tujuan wisata utama Indonesia. Dari Tarakan mereka segera melanjutkan perjalanan dengan speedboat ke Maratua.
Umumnya untuk ke Maratua saat ini orang akan mendarat di Tanjung Redeb, Berau, setelah terbang dari Balikpapan. Perjalanan dilanjutkan dengan naik speedboat ke timur ke Maratua melewati Pulau Derawan dan Pulau Kakaban atau juga Pulau Sangalaki. Dengan speedboat bermesin 200 pk, Maratua bisa dicapai dalam 4 jam.
Namun bila di Tarakan, Kalimantan Utara sudah sore hari maka tidak ada lagi speedboat ke Maratua.
"Jadi kami harus menginap semalam dulu Tarakan, sehingga 12 jam lebih lambat daripada jadwal," ucap Yusuf.
Maratua Jazz Festival digagas antara lain oleh Idang Rasyidi, musisi jazz bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
"Idenya sudah sejak setahun lalu. Kami ingin membuat jazz juga menjadi daya tarik wisata Indonesia di tempat-tempat indah Indonesia," kata Idang.
Pewarta: Novi Abdi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015