"Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini dirasa akan menguntungkan sektor perikanan karena produk ini sebagian besar diekspor," kata Charles di Manado, Senin.
Charles mengatakan selain produk kelapa, hasil perikanan Sulut sebagian besar diekspor ke luar negeri seperti Amerika, Eropa, Asia maupun di Afrika.
"Dengan adanya pelemahan rupiah dan ekonomi secara global, malahan menguntungkan nelayan dan pengekspor Sulut karena harga beli akan semakin tinggi, karena transaksi melalui dolar," kata Charles.
Dia mengatakan kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh nelayan dan pengekspor Sulut agar semakin banyak devisa yang didapat oleh negara.
"Jika devisa semakin besar maka perekonomian akan bergerak naik dengan cepat, sehingga Sulut tidak terpengaruh dengan kondisi global yang saat ini masih lesuh," jelasnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut Jenny Karouw mengatakan sebagian besar hasil perikanan yang diekspor yakni ikan tuna segar, ikan beku, ikan kaleng, ikan kayu, dan hasilolahan ikan lainnya.
Begitu juga, katanya, dengan hasil laut lainnya seperti ikan hias hidup yang saat ini makin banyak permintaan dari negara-negara di ASEAN," kata Jenny.
Pengekspor di Sulut, katanya harus meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk perikanan, agar permintaan dari luar negeri semakin banyak.
"Inilah yang menjadi keuntungan di Sulut karena produk yang diekspor adalah bahan pangan yang sangat diperlukan masyarakat luar negeri, kendati terjadi pelemahan ekonomi secara global," jelasnya.
Kendatipun, katanya, suatu negara mengalami peperangan atau krisis, namun tetap saja membutuhkan produk pangan untuk dimakan.
Pemerintah, katanya, akan terus memfasilitasi agar pengekspor di Sulut semakin inovatif dan menciptakan produk baru yang memiliki nilai tambah yang cukup tinggi.
Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015