• Beranda
  • Berita
  • Dari "Rapat Raksasa Ikada", pemerintah perlu remajakan sejarah

Dari "Rapat Raksasa Ikada", pemerintah perlu remajakan sejarah

19 September 2015 19:08 WIB
Dari "Rapat Raksasa Ikada", pemerintah perlu remajakan sejarah
Pengamat Foto IPPHOS Yudhi Soerjoatmodjo (kiri) dan perwakilan dari keluarga i Frans dan Alex Mendur, Piet Mendur (kanan) didampingi moderator Oscar Motuloh (tengah) saat berbicara dalam diskusi foto kemerdekaan bertajuk " Sejarah Dan Refleksinya Atas Kreativitas " di Cafe Galeri Foto Jurnalistik ANTARA, Pasar Baru, Jakarta, Sabtu, (10/9). Diskusi membahas tentang perjalanan foto-foto kemerdekaan dan sejarah kantor berita Indonesia pertama yakni Indonesian Press Photo Service (IPPHOS) ini merupakan rangkaian acara pameran foto "Dari Pegangsaan sampai Rijswijk" yang menampilkan 66 karya foto Mendur Bersaudara semasa bekerja di Indonesian Press Photo Service (IPPHOS) yang berlangsung hingga 19 September 2011. (ANTARA/Teresia May)

... heran kenapa pemerintah tidak menjaganya. Saya mendapatkan 14 foto-foto proklamasi dari Belanda. Di sana tidak ada yang tahu itu foto apa...

Jakarta (ANTARA News) - Sejarawan Indonesia, Rusdhy Hoesein, mengatakan, pemerintah perlu melakukan rekonstruksi atau meremajakan kembali sejarah untuk memperbaiki data-data sejarah menjadi betul-betul valid.

"Sejarah harus terus diperbaiki," kata dia, usai acara pemutaran film Rapat Raksasa Ikada, di Galeri Foto Jurnalistik ANTARA, di Jalan ANTARA, Jakarta, Sabtu.

Pada kesempatan itu, ditampilkan sejumlah foto yang sebelumnya tidak pernah dipublikasikan.

DI antaranya foto saat pengibaran Sang Merah Putih dalam beberapa posisi serta foto saat lagu Indonesia Raya berkumandang yang dipotret dari arah belakang.

"Saya heran kenapa pemerintah tidak menjaganya. Saya mendapatkan 14 foto-foto proklamasi dari Belanda. Di sana tidak ada yang tahu itu foto apa, padahal itu peristiwa penting bagi Indonesia. Sampai hari ini, publikasi yang ada hanya tiga foto," tuturnya.

Masih sangat banyak relung sejarah bangsa ini yang belum diketahui apalagi dipelajari secara mendalam. Dari temuan-temuan baru sejarah itu, mosaik sejarah bangsa bisa disusun kembali sehingga bangunan lengkap sejarah dapat terwujud. 

Sementara itu, Direktur GFJA, Oscar Motuloh, mengatakan. tujuan pemutaran film sejarah yang digelar GFJA dalam rangka untuk memperkenalkan fakta-fakta sejarah terutama kepada kaum muda.

Pada zaman proklamasi, lanjut Oscar, pemuda memiliki peranan penting dalam memunculkan kesadaran nasionalisme. Hal tersebut, lanjutnya, berbeda dengan kondisi saat ini.

"Kita tidak bisa menyalahkan generasi sekarang. Sejarah bisa direkayasa oleh yang berkuasa sehingga adanak-anak muda tidak percaya politik. Itu yang harus diluruskan supaya mereka melihat sejarah benar-benar bisa menjadi jejak untuk masa depan," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa pemerintah perlu meremajakan kembali sejarah ketimbang menggelar perayaan-perayaan yang semakin menjauhkan pemuda dari akar-akar sejarah.

"Itu yang perlu dilakukan daripada perayaan yang semakin menjauhkan akar-kar kita. Pemerintah punya peran besar untuk meremajakan kembali sejarah, menambah dengan sejumlah masukan materi sehingga mereka bisa melihat lebih luas. Ini (pemutaran film) bagian dari itu," tutur Oscar.

Pewarta: Monalisa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015