"Kami siap mengembangkan lahan rawa sebagai lumbung pangan nasional masa depan melalui dukungan teknologi inovasi," kata Kepala Balitbang Pertanian pada Kementerian Pertanian Muhammad Syakir saat konferensi pers tentang "Rawa sebagai Lumbung Pangan di Musim Kemarau" di Jakarta Selatan, Rabu.
Ia mengatakan sebanyak 237.700 haktare merupakan tambahan lahan rawa akibat elnino di mana genangan air surut sehingga memberikan pengembangan lahan pertanian.
Ia mengatakan tambahan lahan itu berpotensi menghasilkan 950.800 ton dengan tingkat produktivitas empat ton per hektare gabah kering giling.
Padahal varietas inpara yang ditanam dapat menghasilkan produktivitas 6-7 ton per hektare jika dikelola dengan baik sekaligus didampingi Balitbang Pertanian.
Dari total tambahan lahan rawa itu, sebanyak sepertiga lahan telah ditanami padi.
Ia mengatakan sentuhan teknologi diperlukan karena lahan rawa memiliki tingkat kesuburan terbatas yang juga harus didukung manajemen tata air.
Ia mengatakan teknologi pertanian antara lain pemupukan berimbang, teknologi pupuk hayati Biotara dan Biosure, teknologi untuk konservasi air, benih unggul padi lahan tahan salin, keasaman dan hama penyakit tanaman.
"Tentunya terutama teknoligi varietas yang bisa beradaptif dengan lahan rawa," ujarnya.
Keunggulan lahan rawa antara lain sumber air tersedia, sehingga pemanfaatannya menjadi lebih mudah dan murah, lebih tahan terhadap perubahan iklim.
Selain itu, produksi beras yang dihasilkan pada Juli-September dapat memsubstitusi permintaan pasar akibat lahan sawah irigasi menghadapi kekurangan air saat musim kemarau melanda.
Ia mengatakan beras yang dihasilkan dari padi rawa berkadar indeks glikemik rendah, baik untuk diabetik serta tinggi kandungan zat besi dan selenium baik untuk pembentukan sel darah merah.
Sebelumnya, pada saat iklim normal, Indonesia memiliki laham rawa seluas 564.200 hektare (ha), sementara saat musim kemarau terjadi potensi penambahan lahan rawa seluas 237.700 ha karena genangan air surut.
Dengan demikian, total lahan rawa yang bisa ditanami padi seluas 801.900 ha.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015