"Gelembung dari perut gulama atau sering disebut kakap tawar harganya sekitar Rp5 juta hingga Rp80 juta per kilogram, tergantung kualitasnya," kata Mansur, nelayan pantai Lampu Satu, Merauke, Papua, Minggu.
Mansur mengatakan, peminat gelembung ikan adalah orang-orang Tiongkok yang datang ke Merauke khusus untuk mengumpulkan gelembung perut ikan.
"Mereka membuat itu jadi makanan atau obat, misalnya untuk penyakit luka dalam," kata nelayan keturunan Bugis yang memiliki lima kapal ukuran 5-30 GT itu.
Menurut dia, pada awal kedatangannya di Papua pada 1995, harga gelembung perut ikan hanya Rp600 ribu per kg, tapi sejak beberapa tahun terakhir harganya menanjak terus, kemungkinan karena pemerintah melarang operasi kapal-kapal asing dan penggunaan "trawl".
Mansur mengatakan, selain gelembungnya, harga daging ikan gulama juga mahal mencapai Rp27 ribu per kg dan biasanya dijadikan dendeng, bahkan ikan asin.
Ia mengatakan, jika sedang musim kakap dalam 20 hari mencari ikan di laut, ia bisa mendapatkan sampai Rp200 juta, namun jika sedang tidak musim ia justru merugi karena biaya operasional seperti bahan bakar minyak dan makan meninggi.
Nelayan lainnya, Makmur, menyatakan akhir September hingga Desember adalah waktu yang tepat mencari ikan kakap.
"Saya dapat dua ekor kakap China saja sudah dapat Rp7 juta. Tapi untuk berlayar selama seminggu, BBM yang dibutuhkan bisa sampai 100 liter, ditambah makan total biayanya bisa Rp3 juta," kata Makmur.
Gelembung ikan tidak saja diambil dari perut ikan gulama atau kakap tawar yang asli perairan Papua dan Papua New Guinea, tetapi bisa juga ikan kakap jenis lainnya seperti Kurau dan Manyun. Tapi harganya jauh lebih rendah, ujar Makmur.
Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015